Indonesiainside.id, Balikpapan – Pidato sambutan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar dan pidato Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf memiliki satu irisan yang sama tentang makna sebuah kerja. Gus Yahya menyebutkan, setiap kata adalah kerja, dan setiap kerja harus nyata.
“Apa pun yang kita ungkapkan, kata demi kata, tidak berhenti hanya sebagai kata-kata. Setiap kata harus menjadi kerja, setiap kerja harus membuahkan hasil yang jelas ukurannya,” katanya pada acara pengukuhan tersebut, dipantau dari siaran langsung lewat Kanal Youtube TV9 Official, Senin (31/1/22).
Pengukuhan pengurus PBNU dihadiri Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, dan Mantan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla. Meski tidak merujuk pada semangat pemerintah dengan simbol kerja, kerja, kerja, pesan ini tentu memiliki makna yang tak bisa dipisahkan. Namun, Gus Yahya menyebutnya dalam konteks kepengurusan di PBNU yang baru saja dikukuhkan oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Sport and Convention Center (Dome), Balikpapan, Kalimantan Timur.
Gus Yahya mengajak semua jajaran pengurus yang baru agar langsung bekerja dengan sungguh-sungguh. “Saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengajak Bapak Ibu yang baru saja dikukuhkan sebagai jajaran pengurusan PBNU masa khidmah 2022-2027, mari kita bekerja, mari kita bekerja dengan nyata,” katanya.
Usai Gus Yahya, giliran Rais Aam KH Miftachul Akhyar menyampaikan sambutan. Dalam pidatonya, ia makna setiap kata dan perbuatan secara filosofis dan harus diejawantahkan dalam konteks pelayanan ummat. Pidato KH Miftachul Akhyar memang sarat makna. Selain menyinggung fungsi dan peran Syuriah dalam kepengurusan PBNU yang harus dikembalikan sesuai amanat dalam AD/ART, Kiai Miftach juga mengingatkan tiga tanggung jawab amat penting bagi PBNU. Intinya, kata dia, semua kata dan perbuatan harus dipertanggungjawabkan.
“Tinggal tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tanggung jawab masing-masing terhadap dirinya, apa yang dilakukan dan yang diucapkan, semuanya harus dipertanggungjawabkan,” katanya.
Dia menekankan, tiga hal yang harus diperhatikan oleh PBNU adalah tanggung jawab pada diri masing-masing, tanggung jawab kepada ummat, dan tanggung jawab kepada Allah SWT. Tanggung jawab setiap pengurus PBNU di hadapan ummat sangat penting sebagai pelayan ummat (khadimul ummah). Apa yang telah dilakukan untuk ummat, itu yang harus dijawab. Kemudian, tanggung jawab di hadapan Allah SWT atas semua yang dilakukan. Pesan ketiga ini adalah utama dan penting bagi setiap orang karena masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Kiai Miftach juga mengatakan bahwa seorang yang alim, misalnya pengurus PBNU, bagai mata air yang memberikan aliran air penyegar bagi negaranya, menyuburkan di sekitarnya, dan memberikan penyegaran kepada mereka yang lewat dan melalui mata air itu.
“Bukan untuk diri dan golongan tetapi semua bangsa. Itulah tugas ulama yang sebenarnya. Semoga Allah memberikan maunah dan kekuatan sehingga masa khidmat ini bisa berjalan baik dan dapat ridha Allah SWT,” katanya. (Aza)