Indonesiainside.id, Jonggol – Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) mengadakan Diklat Jurnalistik dengan tema Menjadi Penulis Berkarakter di Era Digital pada Rabu (16/3). Acara itu bertujuan untuk mencetak kader penulis hebat yang mampu berdakwah lewat media.
Acara yang digelar di Kampus STIQ, Jonggol, Jawa Barat itu terlaksana berkat kerjasama Ikatan Kelurga Besar (IKBAR) AQC dan UKM Jurnalistik STIQ. Hadir sebagai pemateri pimpinan redaksi (pimred) Indonesiainside.id Azhar Azis.
Mantan Wakil Redaktur Pelaksana KORAN SINDO ini berbagi pengalaman puluhan tahun menjadi wartawan di beberapa media di Indonesia. Ragam cerita menjadi motivasi bagi peserta diklat seperti saat liputan otomotif di India dan jamaah haji di Makkah, Arab Saudi.
Selain itu, dia menekankan pentingnya aktivitas menulis bagi seorang dai dan penuntut ilmu. Berdakwah lewat tulisan mampu menembus ruang dan waktu. Berbeda jika hanya berceramah dari mimbar ke mimbar.
“Kalau ceramah di masjid, yang mendengar ceramah kita hanya jamaah yang hadir. Tapi, kalau anda menulis, tulisan anda akan menembus ruang dan waktu,” kata Azhar yang juga pernah menjabat Wakil Redaktur Pelaksana iNews.id ini.
Atas dasar itu, Azhar mengajak para peserta diklat terbiasa mengabadikan ilmu dalam bentuk tulisan. Era digital saat ini menawarkan banyak wadah untuk berdakwah. Bisa membuat tulisan pendek di dinding maya atau pun membuat laman website.
Membiasakan diri menulis sangat penting. Terlebih, kata Azhar, narasi atau tulisan-tulisan mengenai Islam menempati pencarian cukup tinggi di halaman pencarian google. Jika narasi-narasi agama ditulis oleh yang bukan ahli agama atau berpengetahuan cukup dan memadai mengenai masalah agama, maka hal itu bisa menjadi bencana bagi ummat Islam. Karena narasi agama bisa dibelokkan sesuai keinginan penulis hanya untuk memenuhi hasrat pembaca dan menaikkan rating.
Maka itu, anak muda muslim harus tampil ke depan menyebarkan artikel-artikel Islami. Terkhusus mahasiswa STIQ yang mengikuti diklat tersebut. Para mahasiswa harus mengambil peran dalam dakwah lewat media.
“Jadi, kalian semua harus jadi penulis. Tidak masalah banyak media, yang penting kalian semua yang jadi penulis-penulisnya,” kata Azhar.
Dia juga menekankan dua hal yang harus dikuasai bagi penulis, yakni mengusai masalah dan kaidah bahasa. Semakin luas wawasan dan pengetahuan seseorang, maka akan semakin berisi tulisan yang dihasilkan. “Kuasai masalah sebelum menulis. Kuasai ilmu bahasa sebelum menulis, karena itu yang dibutuhkan saat menulis,” katanya.
Pengasuh Rumah Tahfizh Nurul Furqan Al-Azhar Cibitung ini juga menegaskan, tulisan yang baik adalah tulisan yang ditulis dengan hati. “Karena itu, jika selesai menulis, baca sekali lagi. Jika tulisan Anda menggetarkan hatimu, maka yakinlah orang lain yang membacanya juga sama.”
Menulis dengan hati penting sebagai landasan moralitas, etika, dan adab, sehingga apa yang ditulis itu menjadi amal jariyah.
Pada kesempatan itu, ketua IKBAR AQC, Ustadz Firman Fabi, memperkenalkan laman PilarNusa.com. Laman tersebut merupakan wadah bagi para penulis-penulis muslim, termasuk para mahasiswa yang ingin fokus menggeluti dunia jurnalistik.
“PilarNusa.com bisa jadi batu loncatan untuk kalian. Kalian semua, setelah pulang dari diklat ini, minimal menulis 1 artikel per hari, dan kita muat di PilarNusa.com,” ucap Firman. (Moe)