Oleh: Suandri Ansah |
Daya pikat toilet Hundertwasser ada pada seni arsitekturnya yang cantik berwarna-warni. Fungsinya tidak sekedar buang hajat
Indonesiainside.id, Jakarta — Sebuah kota terpencil di Selandia Baru menawarkan sensasi wisata yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Yakni toliet yang bisa membuat wisatawan lebih bahagia.
Jika toilet biasanya dikunjungi saat kebelet ‘pipis’, yang satu ini bahkan dikunjungi untuk narsis. Melampiskan ‘hajat’ hidupnya demi like dan komentar di Instagram atau media sosial lainnya.
Toilet ini diberi nama Hundertwasser, berada di kota Kawakawa, kota kecil di wilayah Bay of Islands di Northland Region Selandia Baru. Berjarak tempuh lima jam ke utara dari kota Auckland. Toliet ini menarik lebih dari 250.000 pengunjung setiap tahun.
Daya pikat toilet Hundertwasser ada pada seni arsitekturnya yang cantik berwarna-warni, dibuat oleh arsitek dan seniman Austria yang terkenal Friedensreich Hundertwasser.
Hundertwasser terkenal dengan karya seni kanvas berukuran saku hingga bangunan yang sangat unik, terlihat di sekitar Wina dan Jerman Austria dan selalu menarik perhatian banyak orang. Labirin toilet ini adalah satu-satunya contoh karya arsitekturnya di belahan bumi selatan.
Dilansir news.com.au, Hundertwasser pindah ke Selandia Baru pada 1970-an dan menciptakan mahakarya toiletnya pada 1999. Sayangnya, dia tak sempat menikmati kepopuleran toilet buatannya. Karena pada tahun berikutnya ia meninggal di laut pada usia 71 tahun.
Saat ini, banyak pelancong yang rela memutar sepuluh menit dari jalan nasional ke Kawakawa untuk berfoto di dalam dan di luar toliet dengan desain yang ciamik itu. Banyak wisatawan rela antri demi mendapat latar belakang yang bagus.
Hundertwasser sendiri dikenal sebagai arsitek yang karyanya menentang konsep garis lurus, dan toilet ini salah satunya. Dia menggunakan batu bata yang didaur ulang dari gedung Bank Selandia Baru yang dihancurkan.
Ubin yang dibuat oleh siswa di Bay of Islands College, botol kosong dan potongan beton, baja dan tembaga demi menampilkan desain yang benar-benar eklektik.
Pada awalnya, Hundertwasser diminta Dewan Komunitas Kawawaka membuat lanskap pariwisata yang bisa menarik banyak turis ke pulau yang dekat dengan Bay of Islands guna membangkitkan perekonomian kawasan.Upayanya pun berhasil.
Turis datang terus-menerus, kafe-kafe kecil bermunculan di sepanjang jalan tinggi yang sangat kecil, kumuh dan sunyi sepi. Dan daerah itu secara tidak resmi dikenal sebagai “Kota Hundertwasser”.
Mungkin terdengar lucu bahwa toilet dapat mendorong kehidupan kota Kiwi yang terpencil menjadi kota pariwisata. (Kbb)