Indonesiainside.id, Jakarta – Topik terkait edukasi seksual memang masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk didiskusikan. Tak heran jika banyak ditemukan miskonsepsi di antara anak muda dan masyarakat pada umumnya tentang topik Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR).
Dr. Hanny Nilasari, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI) memberikan fakta terkait hal ini. “Komunikasi antara anak dengan orang tua tentang seks sangat minim, kadang sudah terlambat. Biasanya anak diberikan diedukasi setelah anak mulai remaja. Untuk anak perempuan, seperti saat dia akan mengalami fase menstruasi, anak laki-laki ketika dia menjelang puber,” jelas Henny yang hadir sebagai pembicara dalam acara Edukasi Seks di Jakarta, Kamis (21/11).
Henny menyayangkan, jika orang tua khususnya di Indonesia hanya menjelaskan soal area kebersihan genital. “Dan sudah itu berhenti sampai situ saja, tidak dilanjutkan dengan edukasi seks selanjutnya,” ujarnya.
Padahal, pendidikan KSR adalah hal penting untuk mengajak setiap orang mengenali diri sendiri, dan agar dapat berlaku bijak dalam mengambil keputusan terkait seksualitas dan reproduksi.
Karena tidak bisa dipungkiri jika banyak sekali informasi seputar KSR yang tidak benar beredar di kalangan umum akibat sumber yang simpang siur. Ini menyebabkan banyak remaja mengalami kesalahan informasi dan percaya berbagai mitos seputar seks.
Contohnya, sebanyak 54% anak muda percaya bahwa melakukan penetrasi dalam posisi berdiri dapat mencegah kehamilan. Dan 53% anak muda memilih ejakulasi di luar vagina sebagai solusi kontrasepsi. (PS)