Indonesiainside.id, Jakarta – Salah satu sajian kuliner yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Solo, Jawa Tengah adalah Selat. Sebuah sajian yang memadukan sayur seperti kentang dan wirtel dengan daging plus guyuran mayonis.
Hidangan ini kental dengan pengaruh Eropa, terutama Belanda. Juru masak keraton kala itu memodifikasinya dengan bumbu rempah khas Jawa agar tak terlalu asing di lidah petinggi kerajaan.
Salah satu restoran yang menyajikan hidangan ini adalah Omah Selat yang terletak di Jalan Gotong Royong Nomor 13, Jagalan, Kecamatan Jebres, sepuluh menit berjalan kaki dari Stasiun Solojebres.
Ciri khas Omah Selat sudah terasa saat pertama kali menjejakkan di depan pintunya. Nuansa Jawa kuno dengan ornamen-ornamen antik tersebar di sudut-sudut ruangan.
“Supaya bisa menikmati nuansa rumah sendiri,” ujar Heru, pemilik restoran kepada Indonesiainside.id. Suasana Jawa kuno dicoba dihadirkan melalui ukiran kayu di pintu-pintu, foto-foto Raja Kasunanan Surakarta, dan koleksi-koleksi kuno yang dipajang; gebyok, cangkir blirik, lesung, jeungki, hingga keris dan wayang.
Salah satu koleksi yang cukup menarik sekaligus menghadirkan nuansa mistis dalam restoran ini adalah kain batik penutup jenazah KGPPA Mangkunegoro VI yang wafat tahun 1928. Heru mengatakan bahwa kain ini adalah asli, bukan replikasi.
Heru mengatakan, mulanya, restoran ini adalah rumah orang tuanya. Lalu pada 23 Juli 2008 ayahnya menyulapnya menjadi sebuah restoran. Sampai saat ini, operasional dan pelayanan ditangani langsung oleh keluarganya.
Beragam menu masakan selat ditawarkan di sini, diantaranya Selat Iga Bakar, Selat Sirloin Beef Bakar Madu, Kentang Mayonaise, Sop Manten. Menu andalan di tempat ini adalah Selat Iga Bakar.
“Sebenarnya, menu selat di warung kami adalah modifikasi dari masakan selat Solo, kami juga tidak menyajikan dalam bentuk hotplate,” kata Heru. (*/Dry)