Indonesiainside.id, Jakarta – Kepolisian melakukan penindakan atas para penimbun masker. Barang ini memang masih mudah ditemukan, tapi dengan jumlah terbatas. Meski masih ada di pasaran namun harganya melonjak berkali lipat karena ulah spekulan yang memanfaatkan kepanikan masyarakat.
Tidak hanya di Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa alat pelindung seperti masker dan kacamata yang digunakan oleh petugas kesehatan yang memerangi virus corona sudah hampir habis, mengutip BBC News, Kamis(5/3).
Kepala WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa “persediaan turun tajam”.
Selain masker dan cairan pencuci tangan atau hand sanitizer makin diburu masyarakat sehingga menyebabkan kelangkaan, meski stok sejauh ini belum ada kabar resmi seberapa banyak jumlah sebenarnya di pasaran.
“Ada gangguan pasokan telah disebabkan oleh meningkatnya permintaan, penimbunan dan penyalahgunaan,” ujar Tedros.
Pengurus pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), mengatakan masyarakat Indonesia tidak usah panik karena tingkat penyebaran virus corona masih belum berada di tingkat yang berbahaya dengan penularan pesat, seperti misalnya yang terjadi di Korea Selatan atau Italia.
“Penularan terjadi jika ada kontak dengan orang yang terkonfirmasi terinfeksi,” kata Syahrizal Syarif, pengurus pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
Muncul pertanyaan haruskah selalu menggunakan masker?
Menurut Syahrial, berdasarkan situasi di Indonesia sejauh ini, orang yang sehat sebenarnya tidak perlu menggunakan masker.
“Masker itu memang efektif untuk mencegah penularan jika digunakan pada situasi yang tepat,” tambah Syahrial.
Misalnya, ada orang yang sudah terinfeksi, lalu di sekitarnya ada orang yang rentan terhadap virus, karena semua orang pada dasarnya tidak mempunyai kekebalan. Penularan dapat terjadi melalui transmisi percikan yang muncul ketika orang yang sakit bersin atau batuk.
“Seandainya orang yang sakit itu tidak memakai masker maka dia bisa menularkan ke orang-orang sekitarnya. Jadi masker itu sangat efektif jika dipakai oleh orang yang sakit, sehingga walaupun batuk atau bersin, dia tidak akan menularkan ke orang yang lain,” jelasnya.
Prioritas Penggunaan Masker
Penggunaan masker yang diprioritaskan adalah ketika ke tempat kerumunan di wilayah-wilayah terjangkit atau perjalanan melalui pesawat saat menuju maupun kembali dari wilayah dengan julmah yang terinfeksi yang tinggi.
“Masker juga perlu dipakai oleh petugas kesehatan yang menangani orang yang sakit. Yang dianjurkan adalah N95 yang bisa menyaring 95% partikel-partikel kecil,” ungkapnya.
Dr Erlina Burhan, Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Jakarta, mengatakan kerumunan yang jarak orang sangat dekat, bahkan hingga berdempet-dempetan perlu dipakai.
“Yang sehat tidak perlu pakai masker kecuali berada di keramaian yang mana kita tidak tahu di antara kerumunan itu ada yang sakit atau tidak,” kata Erlina.
Erlina menekankan, jika seseorang sedang sakit, maka akan lebih baik agar di rumah saja sehingga tidak beresiko menularkan penyakit ke orang lain.
Bagaimana dengan masker bedah?
Masker-masker bedah yang dikenal khalayak saat ini pertama kali diperkenalkan ke berbagai rumah sakit pada akhir abad ke-18, namun belum dirilis ke publik sampai akhirnya wabah flu melanda Spanyol pada 1919 yang menewaskan lebih dari 50 juta orang.
Akan tetapi, para ahli memperingatkan bahwa jenis masker itu, yang biasa digunakan oleh staf medis saat melakukan tindakan operasi, tidak mampu melindungi diri dari potensi tertular infeksi virus corona melalui udara.
Masker bedah hanya cukup mampu melindungi diri dari tetesan besar dan semprotan, namun tidak terbukti untuk menyaring udara secara efektif.
“Masker TIDAK efektif dalam melindungi masyarakat umum terpapar virus corona. Namun, jika penyedia layanan kesehatan tidak mampu menyediakan masker untuk pasien yang sakit, maka itu akan membahayakan komunitas kita!” cuit ahli bedah umum Jerome Adams di Twitter.
Senada, Dr Jake Dunning, yang mengepalai unit penyakit menular di Lembaga Kesehatan Masyarakat, Inggris, mengatakan: “Meski ada persepsi bahwa pemakaian masker wajah mungkin berguna, namun buktinya sangat kecil bahwa ada faedah luas di luar tataran klinis.”
“Masker wajah harus dipakai dengan benar, sering diganti, dan dibuang dengan aman. Akan lebih baik jika orang-orang memperhatikan dan menjaga kebersihan tangan mereka,” kata Dr. Dunning.(EP/BBC)