Indonesiainside.id, Jakarta – Hampir seluruh masyarakat saat ini tengah berhadapan dengan ancaman pandemi virus corona (Covid-19) yang mewabah di seluruh dunia. Tak terkecuali para dokter, tenaga medis, dan ilmuwan sebagai garda terdepan yang terus berjuang menemukan vaksin atau metode pengobatan yang efektif untuk virus asal Cina itu.
Di antara mereka telah menguji beberapa obat-obatan, seperti antimalaria, dan antivirus untuk melihat apakah itu dapat memerangi efek virus corona atau tidak. Selain itu, ada juga beberapa teori yang mengklaim sebagai obat untuk virus corona jenis baru atau Covid-19. Namun, belum ada bukti ilmiah yang menguatkan semua hipotesis itu.
Dilansir Boldsky, seorang ilmuwan di New York AS, Dr Andrew G Weber mengatakan, orang-orang bakal pulih dengan cepat setelah menerima asupan vitamin C secara intravena dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menerima asupan vitamin itu.
Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian bahwa vitamin C memiliki efek menguntungkan pada infeksi, tekanan darah, dan bronkokonstriksi. Konsumsi vitamin itu juga diyakini cenderung mempersingkat masa tinggal pasien di ICU.
Pada dasarnya, kata Weber, manusia sangat memerlukan asupan nutrisi vitamin C untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin C sebagai antioksidan kuat yang berkontribusi pada sistem kekebalan tubuh dengan mendukung berbagai fungsi seluler.
“Kekurangan nutrisi penting ini dalam tubuh kita dapat menyebabkan gangguan imunitas dan gejala-gejala seperti kulit kasar, lemah, anemia dan sendi yang bengkak,” ujarnya dikutip Selasa (31/3).
Fungsi utama vitamin C adalah untuk melindungi diri dari patogen dan meningkatkan aktivitas memulung di dalam tubuh. Vitamin C juga berperan dalam pembersihan radikal bebas, sehingga sangat penting untuk menyelamatkan sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin C juga sangat efektif untuk mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan.
Vitamin C dikaitkan dengan beberapa proses peradangan dan kekebalan. Ini membantu dalam produksi dan fungsi sel darah putih dan melawan beberapa penyakit radang. Bukan hanya ini, vitamin C juga diketahui memiliki peran antivirus dan antibakteri.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Royal Society of Medicine, disebutkan bahwa vitamin C meningkatkan fungsi sel-T dalam tubuh dan mengurangi multiplikasi virus. Ini juga meningkatkan resistensi terhadap berbagai infeksi virus dan bakteri seperti pneumonia.
Penurunan kadar vitamin C dalam tubuh dapat menyebabkan bronkitis akut dan pneumonia dan infeksi paru-paru lainnya. Maka dari itu, sangat penting untuk mempertahankan dosis vitamin C yang cukup dalam tubuh yaitu 75 mg untuk perempuan dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa.
Studi lain menunjukkan, pneumonia berkurang menjadi sekitar 80 persen pada orang yang diberi asupan vitamin C diet. Tak hanya itu, kejadian flu biasa menurun rata-rata 50 persen.
Virus corona jenis baru atau Covid-19 menyebabkan akumulasi cairan di paru-paru dan menghancurkan kapiler alveolar. Sebuah studi uji klinis yang dilakukan pada Februari lalu menunjukkan, vitamin C membantu menghilangkan cairan alveolar dan mencegah akumulasi lebih lanjut sehingga mengurangi kerusakan pada paru-paru. Ini juga membantu mencegah flu biasa dan menunjukkan efek perlindungan pada pasien yang menderita influenza.
Menurut Jurnal Kemoterapi Antimikroba, vitamin C mengurangi keparahan dan durasi pilek pada manusia serta penurunan infeksi pernafasan virus. Dalam tiga uji coba terkontrol, vitamin C telah menunjukkan efektivitasnya dalam menurunkan insiden pneumonia dan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS).
Meski beberapa uji klinis menunjukkan bahwa vitamin C meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu memerangi virus corona, penelitian ini masih membutuhkan bukti lebih lanjut. Hingga saat ini, cara paling efektif untuk mencegah penyebaran infeksi adalah dengan menjaga kebersihan tangan dan isolasi diri sampai tidak ada vaksin khusus yang dikembangkan. (AIJ)