Indonesiainside.id, Jakarta – Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk dr Karina Besinga SpOT (K) menyebutkan bahwa batuk-batuk juga bisa menyebabkan osteoporosis atau rapuh tulang.
“Jadi osteoporosis itu bukan sekedar penyakit kekurangan kalsium. Kalsium hanyalah salah satu faktor resiko terjadinya osteoporosis. Beberapa pasien saya kena osteoporosis hanya karena sering batuk,” kata Karina dalam diskusi memperingati Hari Osteoporosis sedunia yang jatuh pada 20 Oktober 2020 secara daring, Sabtu (24/10).
Dia menambahkan yang perlu diperhatikan adalah memperbanyak gerak, olahraga yang cukup, dan paparan sinar matahari yang juga sesuai kebutuhan tubuh.
“Pasien sering bertanya, susu apa yang harus diminum untuk mengatasi osteoporosis. Padahal osteoporosis bukan disebabkan kekurangan kalsium saja, ada kondisi lain yang perlu diperbaiki,” ujarnya.
Pemenuhan kalsium tidak hanya bisa dilakukan dengan meminum susu. Melainkan juga bisa dengan mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang kaya akan kalsium seperti alpukat, anggur, nanas, dan lainnya.
Karina menambahkan mengonsumsi obat-obatan jenis steroid pada beberapa penyakit seperti autoimun, ginjal, hati, paru, bahkan hipertiroid dapat meningkatkan risiko osteoporosis.
Osteoporosis sering tanpa gejala. Banyak pasien yang baru ketahuan mengidap osteoporosis begitu datang ke rumah sakit, tambahnya.
“Osteoporosis bisa disebut sebagai “silent disease” karena menyerang secara diam-diam tanpa ada tanda-tanda khusus. Apabila dibiarkan dikhawatir dapat menimbulkan masalah pada fisik seperti rasa nyeri, patah tulang hingga membutuhkan ostheoarthritis advance,” katanya.
Pemeriksaan kepadatan tulang dengan menggunakan mesin “dual energy X-ray Absorptiometry” perlu dilakukan secara rutin.
Kepala Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopaedic Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Dr dr Franky Hartono SpOT (K), mengatkan osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan pengurangan massa atau kepadatan tulang sehingga mengakibatkan tulang menjadi keropos.
“Tulang yang keropos tersebut meningkatkan risiko patah tulang dan juga biasanya tanpa rasa nyeri,” kata Hartono.
Terapi osteoporosis melalui gaya hidup, olahraga yang sesuai, pemberian obat-obat antiosteoporosis, dan dilakukan tindakan invasif bila osteoporosis tersebut menyebabkan tulang patah.(EP/Ant)