Indonesiainside.id, Bangkok—Pandemi Covid-19 terus memicu masalah kesehatan mental di kalangan anak-anak dan remaja di Thailand, karena penilaian kesehatan mental terbaru menunjukkan sejumlah besar remaja menghadapi stres, kecemasan, dan depresi, demikian kutip laman resmi UNICEF belum lama ini.
Menurut pernyataan dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) Thailand, penilaian menemukan bahwa 28 persen remaja mengalami tingkat stres yang tinggi, 32 persen berisiko depresi dan 22 persen berisiko bunuh diri.
Temuan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari 183.974 remaja dalam periode 18 bulan dari 1 Januari tahun lalu hingga 30 September tahun ini.
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober, UNICEF dan Departemen Kesehatan Mental (DMH) menyatakan keprihatinan atas berlanjutnya dampak negatif Covid-19 terhadap kesehatan mental anak-anak dan remaja di negara tersebut.
Perwakilan UNICEF Thailand Kyungsun Kim percaya peningkatan jumlah anak-anak dan remaja di Thailand dan di seluruh dunia yang menghadapi masalah kesehatan mental kecil dibandingkan dengan jumlah sebenarnya.
Kim mengatakan UNICEF berkomitmen untuk bekerja dengan DMH, otoritas pendidikan, dan mitra lain untuk memastikan pertumbuhan dan pembelajaran anak-anak di lingkungan yang aman, penuh kasih dan terlindungi karena dapat mendukung kesejahteraan mental mereka.
Awal pekan ini, UNICEF merilis laporan “The State of the World’s Children 2021; On My Mind: Mempromosikan, Melindungi, dan Merawat Kesehatan Mental Anak” yang menunjukkan setidaknya satu dari tujuh anak di dunia terkena dampak langsung pembatasan gerak, sementara lebih dari 1,6 miliar anak menderita putus sekolah.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa anak-anak dan remaja mungkin mengalami tekanan mental dan kesejahteraan sebagai akibat dari efek Covid-19 dalam jangka panjang.
Sementara itu, DMH menyatakan bunuh diri adalah penyebab utama kematian di kalangan remaja di Thailand. Pada 2019, sekitar 800 remaja dan remaja berusia 10 hingga 29 tahun melakukan bunuh diri.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan mental, stigma terkait dan kurangnya sumber daya dan dana kesehatan mental mencegah terlalu banyak anak dan remaja untuk memiliki kesehatan mental yang positif atau memperoleh dukungan dan layanan yang mereka butuhkan.
Menurut Rajanagarindra DMH Institute of Child and Adolescent Mental Health (CAMRI), Thailand hanya memiliki 200 psikiater khusus untuk kesehatan mental anak-anak dan remaja untuk populasi 15 juta. (NE)