Indonesiainside.id, Tokyo—Tes skrining menggunakan cacing halus untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker pankreas dalam urin dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Jepang, dengan harapan dapat meningkatkan deteksi rutin. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa cairan tubuh pasien kanker memiliki bau yang berbeda dari yang sehat.
Anjing juga dilatih untuk mendeteksi penyakit dalam sampel pernapasan atau urin. Namun, Hirotsu Bio Science secara genetik memodifikasi cacing yang disebut “C. elegans” yang panjangnya sekitar satu milimeter dan memiliki indera penciuman yang kuat – untuk merespon urin penderita kanker pankreas, yang biasanya sulit dideteksi pada tahap awal.
“Ini adalah perkembangan teknologi yang sangat besar,” kata Chief Executive Officer (CEO) Takaaki Hirotsu, mantan akademisi yang mempelajari cacing halus yang dikenal sebagai nematoda, kepada AFP.
Perusahaan yang berbasis di Tokyo ini sudah menggunakan worm untuk mendeteksi kanker dalam tes skrining, meskipun tidak merinci jenis kankernya. Tes baru ini tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis kanker pankreas tetapi dapat membantu meningkatkan deteksi rutin karena sampel urin dapat dibuat dengan mudah di rumah tanpa harus pergi ke rumah sakit, kata Dr Hirotsu dalam konferensi pers pada Selasa (16 /11) lalu.
Jika cacing mendeteksi tanda-tanda kanker pankreas, pasien dapat dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, katanya. Dia berharap ini dapat membantu meningkatkan tingkat deteksi kanker di Jepang, yang seperti banyak negara mengalami penurunan tingkat skrining selama pandemi karena orang menghindari melakukan pemeriksaan medis. (NE)