Indonesiainside.id, Jakarta – Sindiran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang menyebutkan Jakarta mirip kampung diakui memang Clickbait. Namun, bukan itu inti masalah yang dipahami Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.
Menurut dia, justru pelajaran penting yang harus dipetik dari pesan Mendagri adalah pesan tentang transformasi sebuah negara. Yaitu bagaimana Cina bertransformasi dengan cepat dengan ditandai kemajuan Shanghai-Beijing.
“Lebih dari soal kata kampung yang memang clickbait dan menarik. Tapi sesungguhnya, ini adalah pesan penting bagaimana transformasi sebuah negara itu terjadi, dikerjakan dengan konsisten selama beberapa dekade, dan sekarang mereka merasakan buahnya,” katanya di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (26/11).
Pernyataan Tito yang membandingkan Shanghai-Beijing dengan Jakarta memberikan gambaran transformasi yang dialami Cina selama empat dekade dibandingkan dengan negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, termasuk Indonesia.
“Jadi menceritakan betapa cepatnya perubahan di sana. Jadi menurut saya, tidak usah dilepaskan konteks percakapannya. Konteks percakapannya adalah konteks percakapan tentang transformasi. Itu artinya juga PR bagi kita untuk mempercepat transformasi. Dan ini objektif saja,” ujar Anies.
Dia mengakui, dalam beberapa dekade, perekonomian Cina yang semula kecil, lompat sampai 100 kali lebih besar. Yang melampaui bukan hanya konteks Jakarta dan Shanghai.
“Tapi bagaimana Tiongkok dibandingkan dengan seluruh dunia. Lompatan 100 kali perekonomian itu dahsyat,” ucapnya.
Lompatan tersebut, kata Anies, jangan pernah berpikir semua bisa selesai dalam satu hingga dua malam, tapi merupakan kerja yang waktunya panjang.
Mulai dari pembangunan infrastruktur, konektivitas jalan, hingga telekomunikasi adalah proses pembangunan yang cukup panjang.
“Yang sekarang sedang dilakukan adalah transformasi yang luar biasa, nantinya ketika kita melihat misalnya 1-2 dekade ke depan, kita akan menyaksikan betapa dampaknya besar keputusan-keputusan pembangunan yang transformatif seperti ini,” tuturnya.
Dia mencontohkan di Jakarta, seperti transformasi transportasi dengan mengintegrasikan rute hingga manajemen tiket. Dan apa yang terjadi? Di tahun 2017, jumlah penumpang kendaraan umum ada 338.000 unit.
“Dalam dua tahun, berubah hampir 700.000. Lompat dua kali lipat dalam dua tahun. Kenapa? Ya karena ada transformasi serius di bidang integrasi transportasi,” ucapnya.
Anies menekankan, jika melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melakukan transformasi maka lompatan yang drastis tersebut akan terjadi. Cina memberikan pelajaran bahwa lompatan drastis itu bukan satu hingga dua lokasi, tetapi di seluruh negeri.
“Jadi ini pesan yang menurut saya untuk kepala daerah menjadi menarik,” tuturnya.
Mendagri Tito Karnavian menyentil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penataan kota Jakarta yang semrawut. Tito bahkan menyebut Jakarta seperti kampung jika dibandingkan kota-kota besar di China.
Tito menuturkan kondisi Shanghai dan Jakarta saat ini berbanding terbalik dengan pada 1998. Saat itu, katanya, Jakarta jauh lebih modern dibandingkan dengan Beijing dan Shanghai.
“Kita ’98 mungkin, ‘Ah ini negara (Cina) dengan Jakarta saja kita lihat sudah seperti kampung. Sekarang kebalik-kebalik. Pak Anies, saya yakin Pak Anies sering ke Cina. Kalau kita lihat, Jakarta kayak kampung dibanding dengan Shanghai,” kata Tito saat berpidato dalam Musyawarah Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta.
Ia mengaku pernah berkunjung ke Beijing pada 1998 dalam suatu studi banding. Saat itu, penduduk Cina masih menggunakan sepeda sebagai transportasi utama. Selain itu, kampung kumuh dan sungai kotor berada di mana-mana.
Namun, saat ia kembali ke Cina pada 2018, transportasi publik modern dan mobil keluaran terbaru sudah mengaspal di jalan. Sungai yang dulunya kotor pun telah menjadi tempat orang-orang untuk berenang. (Aza/Ant)