Indonesiainside.id, Jakarta – Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM) diserbu masyarakat lantaran ada gerhana matahari cincin. Kepala Humas Planetarium TIM, Eko Wahyu Wibowo, menuturkan bahwa masyarakat sangat antusias melihat terjadinya fenomena alam itu
“Sejak dibuka pada pukul 07.30 WIB, warga sudah mulai berdatangan Planetarium dan Observatorium Jakarta. Hingga pukul 13.00 tercatat sudah ada 4.000 orang yang datang ke sini,” ujarnya, Kamis (26/12).
Ia memaparkan, guna mendukung masyarakat yang ingin melihat gerhana matahari cincin, pihak pengelola Planetarium TIM menyediakan kacamata khusus yang bisa didapat secara gratis untuk melihat fenomena alam itu secara lebih jelas dan aman. Hingga usai, lanjut Eko, jumlah pengunjung terus bertambah.
“Kami juga menyediakan teleskop, bekerja sama dengan komunitas-komunitas yang dapat digunakan secara bergantian. Kami memprediksi hingga fenomena ini selesai akan ada 5.000 lebih pengunjung,” paparnya.
Ia menuturkan bahwa gerhana matahari cincin di langit ibu kota pada hari ini mulai terlihat sejak pukul 10.42 WIB, mengalami puncaknya pukul 12.36 WIB, dan berakhir pada pukul 14.23 WIB. “Puncak gerhana matahari cincin di Jakarta dapat dinikmati hanya 72,1 persen, pada bentuk sabit saja,” tuturnya.
Gerhana matahari cincin merupakan fenomena alam yang terbilang langka. Pasalnya, kejadian itu bakal terjadi 12 tahun lagi.
Secara keilmuan, gerhana matahari cincin berikutnya akan melintasi Indonesia pada tanggal 21 Mei 2031 mendatang. Dilansir dari berbagai sumber, fenomena alam itu terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu garis lurus.
Bulan menghalangi sebagian atau seluruh cahaya matahari. Manusia di bumi akan menikmati gerhana matahari cincin atau total tergantung pada jarak antara bumi, bulan, dan matahari.
Gerhana matahari cincin terjadi ketika bulan berada pada titik yang lebih jauh dari bumi. Sehingga, meski berada segaris dengan matahari dan bumi, piringannya yang lebih kecil tak bisa menghalangi seluruh cahaya matahari.
Sedangkan, gerhana matahari total terjadi saat bulan berjarak cukup dekat dengan bumi. Saat itu, piringan bulan terlihat lebih besar dan mampu menutup seluruh permukaan matahari.
Gerhana matahari total terakhir kali pernah terjadi sebelumnya di Indonesia pada tahun 1983, 1988, 1995 dan 9 Maret 2016, diperkirakan fenomena alam itu baru akan terjadi lagi pada tahun 2023. Sementara Gerhana Matahari Cincin sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada bulan Agustus 1999.
Masyarakat diminta untuk cerdas dalam mengamati gerhana matahari cincin, yaitu harus menggunakan filter atau kacamata matahari. Jika masyarakat enggan mengenakan peralatan itu, maka akan dapat menyebabkan kerusakan pada indra penglihatannya. (PS)