Indonesiainside.id, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan tegas membantah isu yang beredar di media sosial yang menyebut bahwa anggaran Formula E berasal dari pemotongan dana penanggulangan banjir yang ada di Jakarta. Isu itu sama sekali tidak benar dan tidak jelas sumbernya.
“Itu bukan hanya tidak benar, tapi mengarang (hoaks),” kata Anies dalam kunjungannya di Rusun Lokbin Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat(3/1).
Karena isu itu jelas tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, Gubernur Anies juga tidak mau mengomentari lebih jauh. “Saya tak mau komentar lebih jauh karena memang tidak benar isu itu,” jelasnya.
Anies mengatakan tidak ada pemotongan yang dilakukan oleh Pemprov DKI terhadap dana penanggulangan banjir di Ibu Kota. Dia pun berharap agar menggunakan data yang objektif ketika membicarakan masalah anggaran dan kebijakan.
“Saya berharap pada semua pihak yang membicarakan anggaran, kebijakan, gunakan informasi yang objektif. Termasuk kita- kita yang menulis sehingga tidak menimbulkan perdebatan yang tidak perlu,” ujar Anies.
Mantan Menteri Pendidikan ini mengimbau bahwa jauh lebih penting saat ini adalah dukungan masyarakat kepada para pengungsi karena masih banyak warga yang belum kembali ke kediaman masing-masing dan masih memerlukan bantuan secara langsung. Solidaritas bersama harus dibangun dan bukan dengan cara saling menyalahkan.
“Masyarakat pada saat ini sedang butuh solidaritas, kebersamaan, apapun pandangan terkait dengan kebijakan begitu ada ribuan warga terdampak banjir justru saatnya kita bersama untuk solid, meringankan beban saudara kita. Sesudah ini selesai kita bisa diskusikan kebijakan, ” kata Anies.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan melalui keterangan resminya, bahwa banjir awal tahun 2020 yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya karena curah hujan ekstrem. Yaiutu, lebih dari 150 mm per hari, hujan ini juga turun merata di wilayah DKI Jakarta.
“Kejadian ini sama dengan banjir besar yang terjadi di DKI Jakarta pada 2007 dan 2015 lalu. Hasil pengkajian data historis curah hujan harian BMKG selama 150 tahun (1866 – 2015), ada kesesuaian tren antara semakin seringnya kejadian banjir signifikan di Jakarta dengan peningkatan intensitas curah hujan ekstrem tahunan sebagaimana terjadi kemarin pada 1 Januari 2020,” kata Herizal, Jumat (3/1).
Kondisi ini sama halnya yang terjadi pada periode ulang peristiwa banjir 2014 dan 2015 kemudian juga termasuk pada 2020. Hasil perhitungan juga menunjukkan adanya peningkatan sebesar 2-3 persen, jika dibandingkan dengan kondisi iklim 100 tahun lalu. “Bukti ini menunjukkan akan adanya hujan dalam skala besar yang dulu jarang, kini lebih berpeluang kerap hadir pada kondisi iklim saat ini,” katanya. (EP)