Indonesiainside.id, Jakarta – Kasie Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI, Rosa Ambarsari, mengatakan, pada Mei 2020 atau periode kedua saat virus corona mewabah, DLH DKI memproses 206,76 kilogram limbah medis yang terkumpul dari lima wilayah ibu kota. Dia menuturkan, Jakarta Selatan menjadi wilayah dengan penyumbang limbah medis tertinggi.
“Iya, betul. Wilayah tersebut menjadi penyumbang limbah medis terbanyak untuk periode kedua. Periode pertama hanya 38 kilogram, sekarang 85 kilogram dari 206,76 kilogram limbah medis yang sudah diproses,” ujarnya saat dikonfirmasi oleh Indonesiainside.id di Jakarta melalui pesan singkat, Selasa (16/6).
DLH DKI, lanjut Rosa, menggandeng pihak ketiga untuk mengolah sampah yang berpotensi masuk dalam kategori limbah bahan beracun berbahaya (limbah B3) itu. Berdasarkan informasi yang diterima, wilayah dengan penyumbang limbah medis paling sedikit adalah Jakarta Pusat, yakni 12 kilogram.
“DLH DKI bekerjasama dengan PT Wastec Internasional untuk pemusnahan limbah medis tersebut. Limbah medis terdiri dari masker bekas, sarung tangan bekas, dan baju pelindung diri yang telah digunakan,” tuturnya.
Pengelolaan limbah yang bersumber dari rumah tangga itu mempunyai dasar yang kuat. Sebab, hal tersebut diatur dan berpedoman pada Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19).
Sebelumnya, Kepala DLH DKI, Andono Warih, mengatakan bahwa kesadaran masyarakat yang meningkat untuk memakai masker dan sarung tangan sekali pakai menyebabkan sampah itu berpotensi masuk dalam kategori limbah B3. Bahkan, lanjut Andono, sampah jenis tersebut bisa dikategorikan dalam golongan infeksius atau berpotensi menyebabkan penyebaran penyakit, sehingga dibutuhkan penanganan khusus.
“Limbah jenis ini sebelumnya terkonsentrasi di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, limbah jenis ini sekarang juga banyak timbul dari rumah tangga,” kata Andono. (ASF)