Indonesiainside.id, Jakarta – Padat, tak ada jaga jarak, berdesak-desakan gambaran massa aksi di depan Gedung DPR MPR yang menuntut agar RUU HIP dan Cipta Kerja dicabut. Padahal kasus Covid-19 di DKI Jakarta melonjak.
Demikianlah gambaran massa demonstrasi di depan DPR, Jakarta Pusat, Kamis (16/7). Mayoritas pendemo memang memakai masker, tapi kebanyakan hanya sekadar cantolan di dagu.
Beberapa massa juga ada yang mengenakan pelindung wajah atau face shield. Massa demonstrasi ini terbagi menjadi dua klaster.

Klaster Anak NKRI (Aliansi Nasional Antikomunis) yang terdiri dari berbagai elemen ormas Islam dan klaster buruh. Elemen buruh bergerak dalam satu komando Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) dan berkolaborasi dengan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).
Dua tuntutan yang disuarakan dalam demonstrasi ini, yakni tolak RUU Halauan Ideologi Pancasila (RUU HIP) dan cabut pembahasan RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Dua rancangan beleid ini dinilai bermasalah.
Demo berlangsung seperti biasanya, seolah-olah Covid-19 tak ada di antara mereka. Orator berbicara lewat mobil komando, massa aksi mendengarkan sambil duduk di jalanan.
Dari sisi satunya, ormas keagamaan sempat melaksanakan shalat Zuhur berjamaah. Lagi-lagi tak ada social distancing atau menjaga jarak aman sebagai syarat beraktivitas dalam keramaian di tengah pandemi Covid-19.

Shalat dalam shaf rapat beralas terpal, koran, sorban, jaket, atau apa saja yang bisa dijadikan alas. Massa Anak NKRI juga melantunkan shalawat di tengah-tengah aksinya.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DKI Jakarta Rabu kemarin memperbarui laporan kasus Covid-19. Terdapat penambahan kasus positif sebanyak 258 orang.
Sehingga kasus kumulatif positif di DKI Jakarta per 15 Juli 2020 sebanyak 15.173. Dari jumlah itu, 9.721 orang dinyatakan telah sembuh, sementara 720 orang meninggal dunia.
“Sampai dengan hari ini kami laporkan, 690 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 4.041 orang melakukan isolasi mandiri di rumah,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati. (ASF)