Oleh: Abdullah Sartono *
Waktu, energi dan pikiran sehat kita hampir saja punah dengan permusuhan, kemarahan yang lepas kontrol dan konyol juga kebencian yang membabi buta. Barangkali _ending_nya nanti hanyalah sakit hati dan penyesalan yang tak berkesudahan. Pertanyaannya apakah kita tetap nyaman dengan model peradaban demikian?
Tuding menuding, membuat kesaksian palsu, saling mencurigai, sebarkan hoaks atau membuat berita palsu, saling serang menyerang baik melalui media sosial atau secara langsung dalam kehidupan sosial masyarakat terbuka, berkata jorok dengan model istilah-istilah modern yang kurang elok. Apakah kita masih tetap nyaman demikian?
Determinasi sosial untuk bangkit bersama dan saling percaya antar anak negeri, yang memungkinkan kolaborasi bersama elemen bangsa adalah sebuah harapan baru untuk negeri yang penuh dengan kedamaian. Tepo seliro, ta’awun dan berkorban untuk nusantara yang berkemajuan adalah sebuah kepastian. Why not?
Semua anak negeri pasti punya mimpi gapai visinya untuk kebahagiaan dunia dan sukses abadi demi akhiratnya kelak. Tidur nyenyak makan terasa nikmat walau cukup dengan terasi dan sambal tomat. Yang terpenting tetap saling hormat walau bukan sesama tehnokrat.
Pilkada adalah wadah demokrasi untuk memilih pemimpin terbaik, bukan kesempatan untuk menggunjing dan menghasut kawan yang berbeda pilihan, nomor urut serta warna bendera partai. Bukan pula kesempatan untuk balas dendam dari sakit hati karena keberpihakan dan kepentingan politik masa lalu.
Pilkada mesti dimaknai sebagai pesta rakyat yang penuh dengan sukacita. Menghadirkan kehangatan yang dirindukan dalam lima tahunan. Pada satu rumpun keluarga sebagai entitas bangsa yang berkasih sayang, humanis dan cinta pada perdamaian.
Peran tokoh dan kandidat pemimpin dalam perhelatan pilkada salah satunya adalah memberikan edukasi politik yang santun bagi rakyat dan pemilihnya. Untuk tetap menjaga keutuhan dan persatuan juga tidak anarkis dalam merespon konflik pada perhelatan pilkada di masing-masing daerah.
Adanya prinsip negarawan dan self determination. Determinasi diri seorang tokoh politik dalam meyakinkan massanya untuk tidak membuat onar, menciptakan hate speech atau ujaran kebencian dalam pesta rakyat itu sangat diharapkan agar terciptanya tujuan demokrasi yang sehat dan mendatangkan maslahat bagi rakyat.
Calon pemimpin dan tokoh cukup yakinkan saja rakyatnya bahwa pemimpin yang baik itu lahir dari rakyat yang baik. Begitupun sebaliknya pemimpin yang kurang dihargai itu lahir dari rakyat yang kurang untuk saling menghargai. Ada kata hikmah yang mashur bahwa, “Sebagaimana keadaan kalian, begitulah keadaan pemimpin kalian”. So, pemimpin kita hari ini adalah cerminan kita saat ini.
Yang kita harapkan sesungguhnya adalah takdir baik dan ridha Tuhan dalam kemenangan politik, bukan kemurkaan-Nya. Bukankah sang baginda berpesan “Jika Allah ridhoi suatu kaum, maka Ia akan mengangkat orang terbaik dari mereka sebagai pemimpin, dan jika Ia murkai suatu kaum, maka Ia akan mengangkat orang terjahat dari mereka sebagai pemimpin.” (HR. Turmudzi)
Kita percaya, orang baik adalah mereka yang berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keutuhan dan persatuannya, tidak mudah terpancing hasutan, tidak gegabah, tak emosional, dan matang dalam menyikapi perbedaan serta mampu memahami kekhasan dari cara berpikir dan watak setiap kawan maupun lawannya.
Percayalah, orang baik adalah mereka yang menjunjung tinggi kesepakatan damai dan tidak saling menyerang. Saya percaya, orang baik adalah mereka yang menghargai setiap perbedaan, karena memang hidup ini orang harus berbeda dalam memilih. Itu fitrah kemanusiaan dan sunnatullah dalam kehidupan.
Saya sangat percaya bahwa orang baik itu mereka yang merangkul bukan memukul. Hindarilah dengan pukulan, karena sekali pukulan yang anda lakukan itu membekas dihati sepanjang hayatnya. Saya percaya bahwa orang baik adalah mereka yang mudah memaafkan.
Keterbukaan informasi dan bebasnya orang berekspresi. Coba anda perhatikan betapa mudahnya kita disuguhkan dengan perubahan sosial warga net yang hampir saja lepas kendali. Dengan fenomena pada ruang publik yang syarat dengan ujaran kebencian, salah-menyalahkan, sesat-menyesatkan, bahkan sampai hati tidak lagi mengenal saudara sendiri, ia berkomentar dengan nada provokatif dan mengadu domba.
Persaingan dalam urusan politik dan kecemburuan sosial yang berlebihan, terkadang membuat orang kehilangan akal sehat, hingga berani untuk menikung kawannya dari belakang. Kita ini tidak sedang dalam perang besar dan bersenjata hingga menaruh dendam dan amarah bak ular berbisa, yang tak berkesudahan.
Kekompokan dan kolaboration itu jauh lebih berarti dari pada menabuh perang saat emosional dan darah sedang panas. Determinasi diri, matang dan kebesaran jiwa seorang calon pemimpin dalam perhelatan pilkada itu menjadi alasan kita menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang besar itu bangsa yang saling menghargai dan dihargai juga disegani oleh bangsa lain.
Kebesaran sebuah bangsa itu juga selalu tersambung dengan rakyat yang tsiqoh atau saling percaya. Rakyat yang memiliki kemerdekaan jiwa dan raga, penguasaan dan pengendalian diri yang kuat atas mimpi-mimpi kecemerlangan dan cita-besar yang ingin diraih, itu yang saya sebut sebagai self determination.
Rakyat dan politikus yang tersambung dengan mindset demikian, maka harapan akan pilkada yang damai itu akan mudah kita raih demi suksesnya demokrasi yang sehat. Jauh dari ghibah politik dan terciptanya keutuhan kita sebagai keluarga bangsa yang cinta damai. Dan satu yang pasti, kita akan dihargai oleh bangsa lain sebagai negeri yang damai nan elok. Seperti pengakuan seorang tokoh barat bahwa Indonesia itu surganya dunia.
Dengannya tekad kita menjadi kuat membaja. Semangat yang melampui usia dan mimpi yang besar itulah para pahlawan mengatakan tidak!!! pada penjajahan atas hak asasi dan martabatnya. Dengannya para pahlawan berjuang dengan jiwa raganya. Harta dan kehormatan dikorbankan untuk kemerdekaan negeri ini.
Kita sangat bisa menjadi bangsa yang berdikari, kuat dan mandiri bahkan berdiri diatas kaki sendiri. Menjadi pelopor dan pahlawan dunia yang disegani baik kawan maupun lawan. Karena sejarah telah memberikan kesaksian bahwa bangsa ini telah sukses melahirkan pahlawan-pahlawan besar. Dan, bahwa raihan predikat pahlawan itu tetap menjadi peluang bagi setiap putra dan putri bangsa termasuk saya kamu dan kita semuanya.
Kita hanya butuh keberanian untuk mendobrak keduangan cara berpikir masa lalu kita yang terlalu lebai, jumud dan serampangan. Mimpi kita terlalu kecil, semangat pun demikian. Padahal para pahlawan itu mimpi, visi dan semangatnya kuat membaja jauh melampui dari batas usianya. Saat ini kita hanya lebih asyik berdebat, suka mencaci maki dan saling menyalahkan antar kelompok dan anak bangsa.
Bahwa pilkada hanyalah rumah dan wadah demokrasi untuk menentukan pemimpin daerah yang akan berdiri bersama rakyat untuk membangun kampung halaman kita. Dan ruh dari self determination baik rakyat dan pemimpinnya itu sangat menentukan arah pembangunan kampung halaman yang berkemajuan. Dan oleh karena awal proses pesta rakyat dengan pilkada yang kita lakukan itu sehat dan jauh dari muslihat.
Nusantara ini memiliki sejarah besar, telah melahirkan para pahlawan heroik yang memotivasi anak negeri. Para ilmuan yang cerdas juga menjadi alasan kita untuk bangkit menjadi bangsa yang cerdas. Imperium akbar yang berwibawa dan peradaban besar dunia yang disegani. Walau pahlawan bangsa yang telah menggoreskan sejarah besar negeri bukanlah mereka yang lahir dari orang-orang besar dan hebat. Namun karena visi, mimpi dan tekadnya yang kuat, menghujam dalam sanubarinya, sehingga mereka mampu bangkit untuk berkobar. Dengan pekikan takbir, Allahu Akbar!. Merdeka atau mati!
Setiap tokoh dan pahlawan punya perjalanan masa lalu yang ragam, punya sejarah perjuangan dari keterasingan dan keterbelakangannya. Mereka pernah sakit, pernah hidup susah juga pernah menangis. Mendapatkan ujian, rintangan dan terpaan hidup yang berat dan keras dari keluarga, masyarakat juga lingkungannya. Karena kerasnya ujian itulah dapat membentuk jiwa dan sikapnya sebagai orang yang kuat dalam menata masa depannya yang gemilang juga bermaat bagi keberlangsungan sejarah bangsa ini.
Nusantara indah dengan hiasan pantai cantik menawan hati bagi setiap pandangan mata yang memandangnya. Nusantara dengan gugusan pulau cantik yang dapat memikat hati manusia dunia. Semoga saja gugusan dari pulau-pulau indah ini berubah menjadi untaian kalung-kalung permata zamrud di katulistiwa, membahana di alam terbuka dan membuat simpati bagi dunia.
Sebagai pelipur lara dan dapat menghibur kita semua dalam setiap irisan sejarah, tangisan dan iring-iringan perjuangan. Menjadi oase dan mutiara indah di padang pasir dalam catatan sejarah anak cucu dan generasi abad terakhir. Juga untuk episode kebangkitan sejarah dan peradaban kita yang besar nantinya. Insya Allah.
Merdeka!!! (Aza)
*Pegiat Sosial & Ketua Rumah Produktif Indonesia Sulawesi Barat