Indonesiainside.id
No Result
View All Result
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
Indonesiainside.id
Home Headline

Sentilan Sentilun dalam Dunia Nyata

Oleh AH Kholis
Senin, 12/07/2021 09:04
Sentilan Sentilun dalam Dunia Nyata
FacebookTwitterWhatsapp

“Republik Sentilan Sentilun”, meski kisah rekaan, tapi itu kisah yang dibangun akan femomena yang ada. Akhir-akhir ini, fenomena itu makin tampak jelas meski versi barunya tidak perlu dihadirkan

oleh: Ady Amar

Indonesiainside.id–INGAT tokoh Sentilan Sentilun, tentu itu tokoh rekaan yang dihadirkan melihat demokrasi dan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Maka gugatan-gugatan pada keadaan yang ada dimunculkan lewatnya.

Adalah Agus Noor, seniman- sastrawan, yang awalnya menulis naskah drama “Matinya Sang Kritikus” dengan tokoh perannya Sentilan dan Sentilun. Dan dramawan Butet Kertaradjasa, memainkannya secara monolog. Ia berperan sebagai Sentilan dan sekaligus Sentilun.

Baca Juga:

Sentilan Megawati pada Jokowi, Itu Kode Keras: Jangan Jadi Kacang Lupa pada Kulitnya

Lalu Metro TV menangkap peluang mengangkatnya di televisi, tidak sebagaimana judul asli drama itu. Sebagai satire komedi judul perlu disesuaiakan. Dipilihlah nama tokoh perannya dengan adaptasi yang disesuaikan, “Republik Sentilan Sentilun”. Tayang sejak 2011 sampai 2017.

Tidak lagi jadi monolog, tapi peran Sentilan dan Sentilun  diperankan aktor dan dramawan kawakan. Slamet Rahardjo sebagi Sentilan, dan Butet Kertaradjasa sebagai Sentilun. Dua lambang status sosial, antara juragan Sentilan dan batur Sentilun.

“Republik Sentilan Sentilun” menjadi tontonan menarik pada awal-awalnya, tapi diakhhir-akhirnya dialog kritisnya menjadi mandul karena kepentingan politik bermain di dalamnya, termasuk kepentingan politik pemilik stasiun televisi bersangkutan. Maka tayangan ini harus disudahi kehadirannya juga oleh sebab-sebab tertentu.

Namun demikian, tokoh Sentilan Sentilun tetap melekat di benak publik sebagai “suara kritis” yang memberontak, itu lewat pertanyaan Sentilun yang lebih sebagai gugatan tidak saja pada ndoro Sentilan, yang lalu dinjawabnya dengan arif.

Jangan tanyakan, kok Sentilun yang cuma seorang batur dapat mengajukan pertanyaan gugatan itu dengan begitu cerdasnya, dan sang ndoro tuan besar bisa pula memberi jawaban, yang meski menentangnya, dengan jawaban yang memuaskan dahaga Sentilun. Tepat jika melihat itu sebagai kekritisan akan pertanyaan yang disodorkan, tanpa menimbang siapa yang bertanya dan menjawabnya.

Seiring perjalanan waktu, “Republik Sentilan Sentilun”, kehilangan arah kritisnya, dan itu saat mengundang tamu-tamu kalangan politisi, bahkan Presiden Joko Widodo sebagai tamu yang diundang. Maka “sengatan” Sentilun menjadi “melemah” dari yang biasanya.

Begitu kepentingan politik menyeret “Republik Sentilan Sentilun” pada kepentingan politik tertentu, maka tayangan itu menjadi tidak menarik. Tidak ada yang lalu menjadi ‘”sesak hati” dengan dihentikan tayangan itu, menanggapinya biasa-biasa saja.

Negeri Sentilan Sentilun

Meski demikian, Sentilan Sentilun tetap diingat sebagai suara kritis mewakli suara publik. Acara semacam itu memang tidak perlu harus hadir lagi. Semua orang bisa sekaligus jadi Sentilan dan Sentilun. Publik melihat fenomena yang ada akan bisa menjawab, meski hal absurd sekalipun. Bahkan publik bisa menertawakan pemimpin pansos yang hadir tanpa canggung dan rasa malu.

Sentilan Sentilun dalam Dunia Nyata

Publik saat ini sudah terbiasa dengan kondisi hukum yang tebang pilih, politik pragmatis dan hal-hal lain yang dipertontonkan kasat mata, yang itu dengan mudah bisa dijawab dengan argumennya sendiri: keadilan hukum cuma isapan jempol, dan politisi busuk memfasilitasi itu semua.

Publik diibaratkan Sentilun yang bisa melihat fenomena yang dihadirkan dengan tafsirnya sendiri, dan menolak tafsir yang disodorkan penguasa. Publik melihat tafsir penguasa sebagia Sentilan dalam maknanya yang lain. Maka Sentilun akan berjalan dengan argumennya sendiri, argumen kehilangan kepercayaan pada ndoro, juragan atau penguasa.

“Republik Sentilan Sentilun”, meski kisah rekaan, tapi itu kisah yang dibangun akan femomena yang ada. Akhir-akhir ini, fenomena itu makin tampak jelas meski versi barunya tidak perlu dihadirkan. Saat ini Sentilan dan Sentilun itu bukan lagi rekaan, tapi nyata adanya.

Itu bisa dilihat, bagaimana Habib Rizieq Shihab, yang mewakili Sentilun, diperlakukan dengan tidak sewajarnya. Kasus pelanggaran prokes ditarik pada pasal menimbulkan keonaran, meski tidak bisa dibuktikan keonaran yang ditimbulkan. Hakim penuntut umum yang mengganjarnya dengan hukuman 4 tahun, itu bisa disebut Sentilan, yang mewakili penguasa.

Berpuluh kasus lainnya bisa ditemukan dan disebutkan, siapa sebagai Sentilan dan siapa Sentilun. Dan itu nyata adanya. Maka tontonan “Republik Sentilan Sentilun” saat ini bukan lagi kisah rekaan tapi nyata adanya. Ruangnya bergeser dari tontonan fiksi menjadi non fiksi. Tidak lagi ada di televisi tapi di dunia nyata, dan itu ada Di Negeri Sentilan Sentilun. (*) 

Kolumnis, tinggal di Surabaya

Tags: sentilansentilun
Previous Post

Anies Pimpin Salat Jenazah Kiai Luthfi, Ustaz Yusuf Mansur: Masyaallah Perhatian Beliau Sama Ulama

Next Post

Jakarta Hari Ini Cerah Berawan

Rekomendasi Berita

Agrowisata Kampung Sawah Kabupaten Tangerang Jadi Percontohan Inovasi Integrated Farming
Ekonomi

Agrowisata Kampung Sawah Kabupaten Tangerang Jadi Percontohan Inovasi Integrated Farming

08/02/2023
Pagi Milenial, Kenali Lebih Dekat Awak Pesawat Ini sebelum Terbang
Ekonomi

Super Air Jet Tambah Penerbangan ke IKN dari Batam, Bandung dan Manado

08/02/2023
Jumlah Korban Gempa Turki – Suriah Nyaris Tembus 10 Ribu Orang
Headline

Jumlah Korban Gempa Turki – Suriah Nyaris Tembus 10 Ribu Orang

08/02/2023
PKS Tolak RUU Kesehatan, Alasannya Makjleb
Headline

PKS Tolak RUU Kesehatan, Alasannya Makjleb

08/02/2023
DPR Heran Kok Bisa Kasus Gagal Ginjal Akut Terjadi Lagi
Headline

DPR Heran Kok Bisa Kasus Gagal Ginjal Akut Terjadi Lagi

08/02/2023
Nurul Arifin: KPI Jangan Terlalu Banyak Seremonialnya
Headline

Nurul Arifin: KPI Jangan Terlalu Banyak Seremonialnya

08/02/2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Agrowisata Kampung Sawah Kabupaten Tangerang Jadi Percontohan Inovasi Integrated Farming

Agrowisata Kampung Sawah Kabupaten Tangerang Jadi Percontohan Inovasi Integrated Farming

08/02/2023 18:51
Pagi Milenial, Kenali Lebih Dekat Awak Pesawat Ini sebelum Terbang

Super Air Jet Tambah Penerbangan ke IKN dari Batam, Bandung dan Manado

08/02/2023 17:36
Jumlah Korban Gempa Turki – Suriah Nyaris Tembus 10 Ribu Orang

Jumlah Korban Gempa Turki – Suriah Nyaris Tembus 10 Ribu Orang

08/02/2023 16:39
PKS Tolak RUU Kesehatan, Alasannya Makjleb

PKS Tolak RUU Kesehatan, Alasannya Makjleb

08/02/2023 16:34

Berita Populer

Bupati Zaki Gunduli Brandalan yang Bikin Onar di Kabupaten Tangerang

06/02/2023 17:35

Agrowisata Kampung Sawah Kabupaten Tangerang Jadi Percontohan Inovasi Integrated Farming

08/02/2023 18:51

IDEAS: 108 Lembaga Zakat Bukan Tak Berizin tapi Tak Diberi Izin

06/02/2023 16:39

KLHK Diminta Tindaklanjuti Laporan Kerusakan Lingkungan PT Freeport di Mimika

07/02/2023 12:22

Ikuti Kami

  • Tahun 2023 adalah Tahun Kelinci Air. Dianggap Memiliki arti khusus
yang dianggap bisa memberikan pesan untuk melewati tahun ini. Apa saja arti dari kelinci air? Simak infografis berikut.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#imlek #tahunbaruimlek #imlek2023 #chinesenewyear #tahunkelinci2023 #kelinciair #tahunkelinciair #infografis #indonesiainside
  • Semoga tahun baru imlek membawa berkah, kesehatan dan keberuntungan bagi kita semua.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#tahunbaruimlek #chinesenewyear #imlek #imlek2023 #tahunbaruchina #tahunkelinciair #tahunkelinci #indonesiainside
  • Komunitas motor gede meminta pemerintah untuk melegalkan pengendara moge melintas di jalan tol. Simak penjelasannya ya!

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#moge #motogede #mogemasuktol #jalanraya #motor #jalantol #indonesiainside
  • Pemprov DKI Jakarta tahun ini berencana menerapkan Electronic Road Pricing (ERP) untuk mengurai kemacetan. Seluruh kendaraan bermotor akan dikenakan tarif ketika melintas di ruas tertentu.

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#jalanberbayar #jalanraya #dkijakarta #indonesiainside #jalanjakarta
  • Dari kita untuk kita, menanam pohon sama dengan menanam harapan untuk kehidupan lebih baik.

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#gerakansatujutapohon #pohon #menanampohon #indonesiainside
  • Pemerintah telah menyepakati dan menetapkan Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023 melalui SKB 3 Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1066/2022, Nomor 03/2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#harilibur #liburnasional #hariliburnasional #tanggalmerah #jadwallibur2023 #libur2023 #2023 #indonesiainside
Indonesiainside.id

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • Home
  • Pemilu 2024
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Podcast
    • Foto
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved