Tidak seorang pun yang kuasa mengetahui sesuatu yang akan terjadi (Q.S. Luqman 34). Jangankan manusia biasa, Rasulullah SAW sekalipun tidak pernah bisa memastikan yang akan terjadi. : ” …Jika sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan melakukan kebajikan sebanyak- banyaknya, dan aku tidak akan pernah ditimpa oleh kemudharatan (Q.S .Al A’raaf 188).
Karena ketidakmampuan membaca hikmah dari rencana Allah SWT di balik suatu peristiwa, maka sangat mungkin seseorang mengira sesuatu itu tidak baik padahal ia sangat baik untuknya. Sebaliknya, sangat mungkin seseorang mengira sesuatu itu baik, padahal ia sangat buruk baginya (Q.S. Al Baqarah 216, An Nisaa 19)
Ketidakmampuan mengetahui apa yang terbaik untuk kehidupan esok, lusa dan pada masa mendatang, bisa berakibat lebih fatal lagi manakala seseorang di samping berusaha juga ngotot berdoa memohon kepada Allah sesuatu yang jika saja doanya dikabulkan, maka niscaya dia akan menyesal, karena sesungguhnya yang diminta itu sebenarnya sesuatu yang tidak baik yang dapat mencelakakan dirinya (Q.S. Al Israa 11)
Karenanya demi untuk menggapai keselamatan dan kebahagiaan, setiap mu’min harus ber-Husnudzdzon – baik sangka – kepada Allah SWT Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya
Namun agar seseorang dapat meyakini bahwasanya yang ditetapkan Allah SWT pasti sesuatu yang terbaik baginya, maka yang bersangkutan harus yakin jika dirinya benar-benar dicintai Allah SWT.
Untuk dicintai Allah SWT, seseorang harus benar-benar mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya mengalahkan cintanya kepada dunia dan segala isinya (Q.S At Taubah 24) dengan senantiasa mematuhi semua aturan Allah dan Rasul-Nya.
Jika seseorang telah berupaya secara optimal untuk mematuhi syariat Allah, maka dia berhak untuk meyakini jika setiap keputusan Alloh terhadap dirinya pasti yang terbaik, kendati katakanlah sejuta akal manusia mengatakan tidak baik.
Terlebih lagi Rasulullah SAW telah mengingatkan, bahwasanya Allah SWT akan menetapkan untuk seseorang sesuai dengan apa yang dia sangkakan.
Diriwayatkan suatu ketika Rasulullah SAW menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau pun berupaya menghibur dan membesarkan hati orang tersebut lewat sabdanya : “Semoga penyakitmu ini menjadi penghapus dosamu” Orang itu menjawab : “Tapi ini adalah demam yang mendidih, yang jika saja menimpa orangtua yang sudah renta, niscaya akan menyeretnya ke lubang kubur”. Mendengar keluhan yang bersangkutan, Rasulullah SAW bersabda : “Jika demikian anggapanmu, maka akan seperti itulah yang terjadi”(HR. Ibnu Majah).
Karenanya, bagi setiap mumin yang telah mencintai Alloh dan Rasul-Nya, maka haram baginya Su’udzdzan – berburuk sangka – kepada Allah SWT. Sebaliknya, wajib baginya Husnudzdzan – berbaik sangka – dan senantiasa ridha menerima segala keputusan Allah SWT. (HR. Ahmad)
Mari kita raih kebahagiaan dengan senantiasa mencintai Alloh SWT, berbaik sangka dan ridha terhadap setiap keputusan-Nya.
* Ketum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) / Ketum ANNAS Pusat