Berbicara masalah murtad tentu saja yang dimaksud bukan hanya sebatas mereka yang secara tegas menanggalkan baju keimanan lalu memakai baju kafir, tapi juga berlaku bagi mereka yang mengenakan baju mu’min namun telah gugur keimanannya di mata Allah SWT.
Termasuk di antaranya mereka yang kendati tetap teguh meng-esa-kan Allah SWT dari segi Dzat dan Sifat-Sifat-Nya, namun gugur keimanannya karena tidak meng-“esa”-kan Allah SWT dari syariat-Nya. Seperti gugurnya keimanan iblis selama 80.000 tahun hanya karena kufur menolak – terhadap perintah Allah untuk sujud kepada Adam.
Dimana menurut logika sesatnya iblis, seharusnya Adam as yang diciptakan dari tanah yang semestinya sujud kepada iblis yang diciptakan dari bahan yang lebih mulia yakni api (Q.S. Al A’raaf : 12, Shaad: 76)
Jika iblis yang kufur -menolak- hanya terhadap satu dari syariat Allah SWT sudah menyebabkan gugurnya keimanan bahkan berujung dengan laknat Allah SWT, lantas bagaimana dengan mereka yang mengaku mu’min namun kufur terhadap sekian aturan dan hukum Allah SWT?
Bahkan bukan hanya sekedar menolak tapi juga menuduh sebagian dari syariat Allah SWT tidak manusiawi, kejam, sudah tidak relevan dengan zaman dan sejumlah alasan ngawur dengan logika sesat lainnya. Tidakkah mereka sesungguhnya jauh lebih kufur dari iblis? Atau bahkan lebih iblis dari iblis?
Banyaknya mereka yang telah murtad, tentu saja tidak harus membuat orang-orang mu’min menjadi pesimistis melihat masa depan, karena Allah SWT menjanjikan jika situasi tersebut terjadi, maka Allah SWT akan mendatangkan generasi baru, yang dalam QS Al Maidah: 54, disebutkan lima kriteria dari generasi pilihan Allah tersebut:
Pertama, dicintai Allah SWT karena mereka sangat mencintai semua yang dicintai oleh Allah dan membenci semua yang dibenci oleh Allah SWT.
Kedua, bersikap rendah hati dan lemah lembut terhadap saudaranya sesama mu’min.
Ketiga, bersikap keras atau tegas terhadap orang-orang kafir. Dengan kata lain, generasi yang dijanjikan adalah generasi yang dibangun atas dasar ikatan persaudaraan sesama mu’min (Q.S Al Hujuraat : 10) yang diwujudkan di satu sisi dalam bentuk mencintai saudaranya sesama mu’min seperti cinta dia pada dirinya sendiri (HR. Bukhari), sementara di lain sisi “Asyidda-u ‘alal kuffar” (keras dan tegas) terhadap orang-orang kafir. (QS Al Fath: 29) Bukan malah sebaliknya, bersikap lemah lembut terhadap kaum kuffar, tapi keras bahkan memusuhi saudaranya sesama mu’min.
Keempat, siap berjihad di jalan Allah. Jihad dalam pengertian upaya yang sungguh-sungguh memanfaatkan secara optimal semua potensi yang Allah SWT berikan untuk menggapai ridha Allah SWT sesuai dengan syariat-Nya. Termasuk jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, lbnu Majah)
Kelima, tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Senantiasa istiqomah berjuang menegakkan kebenaran ilahi dan siap menghadapi risiko dari mereka yang merasa terusik kenyamanan hidupnya karena sedang asik berkubang dengan kemaksiatan.
Semoga generasi yang dijanjikan Allah SWT tersebut segera terwujud dan kita termasuk di dalamnya. (Aza)
Penulis: Ketum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) I Ketum ANNAS Pusat.