Ketat, Ke Taman Surga Harus Terdaftar dan 30 Menit.
Rasanya sangatlah rugi ketika kita mampu menjalankan ibadah haji dan umroh, tapi kita tidak melakukan ziarah ke Makam Rasulullah SAW serta tidak menginjakan kaki di “taman surga” atau Raudhatul Jannah atau populer disebut Raudhah.
Raudhah adalah tempat yang mustajab untuk berdo’a, yang berada di dalam Masjid Nabawi. Letaknya ditandai dengan tiang-tiang putih, berada diantara Rumah Nabi (sekarang Makam Rasulullah SAW) sampai mimbar. Luas Raudhah dari arah timur ke barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan 2 meter.
Keutamaannya yang menjadikan umat Islam berusaha untuk bisa berada di Raudhah. Di tempat ini, jamaah haji maupun umroh memanjatkan doa dengan khusyuk, mengikuti sunah Rasulullah SAW. Jamaah juga berupaya melaksanakan shalat di tempat itu. Mereka berharap dengan bisa berada di salah satu taman surga tersebut nantinya akan dimasukkan sebagai ahli surga.
Sebelum pandemi, yang terlihat di Raudhah ini antusiasme yang membuat jamaah berdesak-desakan. Masuk Raudhah, salat dua rakaat, ucapkan salam dan salawat (ke makam Nabi), setelah itu askarnya tidak memberi waktu lama. Jemaah disuruh keluar.
Namun, di saat pandemi, untuk masuk dalam Raudhah tidaklah mudah. Salah satunya harus memiliki aplikasi Tawakalna, selain telah vaksin serta dalam kondisi sehat. Jamaah terlebih dahulu harus mendaftarkan diri melalui aplikasi Tawakalna, menunjukkan ke petugas serta wajib memakai gelang. Dalam aplikasi tersebut, tersedia jadwal yang telah disiapkan untuk masuk dalam Taman Surga itu.
Selama pandemi, para jemaah yang berkunjung ke Raudhah hanya diberi waktu selama 15-30 menit untuk melakukan ibadah. Jamaah juga tidak bisa mengunjungi Raudhah atau berziarah jika waktu salat tiba karena pintu akan ditutup.
Ketatnya protokol kesehatan di Raudhah ini juga terlihat dimana agen travel yang membawa jamaah umroh ke Raudha harus memiliki tasrih (ijin). Misalnya, jumlah jamaah 40 orang, maka di dalam Tasrih harus tercantum nama-nama 40 orang tersebut. Satu hal lagi, selama pandemi, karena kapasitas terbatas, semua jamaah umroh perempuan dalam rombongan saya tidak bisa masuk ke Raudhah. Tampaknya pembatasan ini berlangsung hingga April.
Prokes dan pembatasan yang begitu ketat juga diterapkan pada saat ziarah ke Makam Rasulullah SAW. Sebelum pandemi, ziarah bebas dilaksanakan kapan saja, baik sebelum maupun sesudah sholat, tidak ada pembatasan waktu, para jamaah bisa masuk melalui pintu Babussalam.
Pintu Babussalam merupakan bagian dari 41 pintu yang ada di Masjid Nabawi. Pintu ini merupakan yang paling panjang dan indah karena memiliki daun pintu yang terbuat dari kayu. Di atasnya terdapat ukiran dari tembaga kuning.
Pintu ini selalu ramai sampai berdesakan di lorongnya di masuki oleh para jamaah baik ketika musim umroh maupun musim haji. Pintu Babussalam merupakan pintu masuk bagi para jamaah untuk berjiarah ke makam Baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam.
Kini, saat pandemi, semua berubah total. Ada pembatasan bagi jamaah yang ingin berziarah. Yang pasti ada pemeriksaan yang sangat ketat. Belum lagi antrian cukup panjang hingga mencapai halaman yang berada di dekat kubah hijau.
Saat berada di dalam masjid, jamaah pun tidak bisa berlama-lama di depan makam Rasulullah. Askar akan sigap menyuruh jamaah untuk terus bergerak, tidak boleh berhenti lama-lama hingga jamaah berada di luar. Selain makam Rasulullah, jamaah juga berziarah ke Makam Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar Bin Khattab, dua sahabat sekaligus penerus Nabi sebagai Khalifah (pemimpin umat Islam) yang pertama dan kedua. (Yusniar/Bersambung)