Sarana yang dibutuhkan semuanya ada di Enrekang, baik ruang sidang dan tempat penginapan, serta lapangan untuk arena pembukaan.
Demikian Rakhim Nanda, Ketua Panitia Wilayah, meyakinkan peserta rapat koordinasi panitia sebelum Musyawarah Wilayah (Muswil) Muhammadiyah digelar.
Keyakinan Ketua Panitia Wilayah di atas tidak berlebihan. Meski secara geografis ibukota Enrekang tidak seluas kota-kota lain pada umumnya. Namun, sarana dan prasarana pertemuan dan perjamuan sudah cukup memadai.
Terbukti. Muswil yang berlangsung sejak Jumat 3-5 Maret 2023 meriah dan penuh khidmat. “Ini adalah Muswil Muhammadiyah paling meriah yang pernah ada di Sulawesi Selatan,” kata Prof Ambo Asse dalam pidato iftitahnya sebagai Ketua Wilayah Periode 2023-2027.
Semestinya Muswil Muhammadiyah ke-40 dihelat tahun 2020, namun terkendala kasus Covid-19. Acara ini pun sukses meski menyimpan catatan untuk perbaikan di masa depan.
Sejak awal Januari 2023, panitia wilayah yang diketuai oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Ir. Rakhim Nanda, terus berkoordinasi dengan panitia lokal yang diketuai oleh Sekda Enrekang, Dr. H. Baba. Bupati Enrekang H Muslimin Bando juga menjadi figur penting suksesnya acara tersebut. Muslimin Bando mencurahkan segenap tenaga dan pikiran mengurus persiapan Muswil dari dapur hingga mimbar.

Kesiapan panitia dengan pembagian tugas ‘siapa kerja apa’ adalah bagian tak terpisahkan dalam kesuksesan perhelatan akbar ormas Muhammadiyah tingkat wilayah di Sulawesi. Walau faktor cuaca juga menjadi penunjang inti kemeriahan hari pembukaan. Seminggu sebelumnya, Enrekang diguyur hujan deras, diterjang banjir bandang dan tanah longsor di berbagai titik. Namun, sebelum Muswil dihelat, matahari pun cerah secerah logo Muhammadiyah yang mengusung tema “mencerahkan umat”.
Selain panitia, Pemerintah Daerah (Pemda) juga menjadi bagian penting dan tidak bisa diabaikan dalam menyukseskan Muswil ke-40 ini. Sebab walau acara inti bertepatan dengan hari libur (Sabtu-Ahad) segenap organisasi perangkap daerah terlibat secara langsung walau atas nama pribadi.
Masyarakat umum pun demikian. Sangat antusias menyambut para tamu yang berdatangan sejak hari Kamis (14/3/2023), tepatnya di Alun-Alun Lapangan Batili. Masyarakat sekitar tidak sedikit yang menampung para tamu yang datang dari berbagai kabupaten dan kota. Panitia juga berkoordinasi dengan sarana-sarana milik pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk tempat tinggal para peserta maupun penggembira.
Untuk efisensi. Peserta maupun penggembira tetap melakukan registrasi lewat satu pintu (one gate) dari sana baru diarahkan menuju akomodasi yang telah disediakan. Walau ada juga sebagian peserta dan penggembira telah menjalin komunikasi dengan keluarga dan teman yang tinggal di Enrekang. Salah satu tempat yang terisi lebih awal adalah Kantor Baznas Enrekang. Pelayanan untuk mereka tinggal dan menginap di Kantor Baznas cukup nyaman.
Faktor penentu kesuksesan lainnya adalah dapur umum yang dipusatkan di Rumah Jabatan Bupati dan Masjid Taqwa Enrekang. Memang harus diakui, sejak H Muslimin Bando jadi Bupati pada 9 Oktober 2013, Rujab dijadikan sebagai rumah rakyat.
Masyarakat Enrekang, tak kenal latar belakang pendidikan, status sosial, profesi dan jabatan, bebas masuk ke Rujab Bupati. Setiap orang yang masuk ke Rujab, hampir dipastikan disuguhi makanan dan minuman. Bupati Enrekang benar-benar mengamalkan pesan Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Ketika salah seorang sahabat bertanya, Islam bagaimana yang baik? Nabi menjawab, Engkau memberi makan, dan memberi salam pada orang yang engkau kenal ataupun ataupun tidak kenal.
Selain Rujab, Masjid Taqwa Muhammadiyah juga menjadi tempat menyediakan konsumsi untuk para peserta dan penggembira. Masyarakat sekitar yang dikoordinir ibu-ibu Aisyiah bahu-membahu menyediakan makanan. Ada seksi masak, seksi cuci piring, seksi jemput tamu, dan seterusnya, semua bersinergi, bahu-membahu.
Fenomena lain yang layak jadi contoh adalah pasukan kebersihan yang langsung ditangani oleh Angkatan Muda Muhammadiyah. Begitu selesai acara pembukaan, pasukan bersih-bersih bekerja dengan sigap, menyatukan sampah dalam kantong plastik lalu dikumpul jadi satu untuk diangkut ke TPA. Jasa mereka patut diingat dan diapresiasi.
***
Ada pun kegiatan inti yang berpusat di Gedung Gadis-2 Pinang berhadapan dengan Kantor Bupati Enrekang, sekira 2 KM dari Rujab, terus berjalan tanpa ada kendala. Muswawarah untuk mufakat agar memilih calon pimpinan wilayah on the track. Sejak seminggu sebelumnya, 50 nama-nama calon Pimpinan Wilayah sudah beredar di berbagai media. Lalu pada hari Jumat (3/3/2023) mengerucut menjadi 39, angkat itu merupakan kelipatan 13. Dari 39 akan dipilih oleh pimpinan wilayah, pimpinan daerah, hingga pimpinan cabang dan ranting yang ada di Sulawesi Selatan, jumlahnya 1400 lebih.
Sistem pemilihan pun sangat sophisticated dan secure. Para pemilih diberi barcode, dengan barcode itulah dipakai memilih. Para pemilih dipanggil namanya mengikut kafilahnya. Dimulai dari huruf Abjad terawal, Barru, Bantaeng, Bulukumba, Bone dan seterusnya. Para pemilih yang sudah memilih harus meninggalkan ruangan dan tidak bisa masuk kembali, dan banyak pula setelah keluar memilih langsung masuk mobil, keluar pagar dan keluar dari Enrekang untuk kembali ke rumah masing-masing. Saya sendiri tidak bisa masuk hanya menunggu kabar dari pemilih tentang pilihan mereka yang berjumlah 13 orang itu.
Analisis saya menyimpulkan bahwa para pemilih didorong oleh berbagai faktor, antara lain karena popularitas. Pimpinan Wilaya yang sering turun ke daerah dan dikenal umum oleh anggota peryarikatan akan mudah meraih suara. Tetapi sentimen profesi juga memengaruhi, misalnya, pemilihmya adalah akademisi maka condong memilih akademisi, jika pemilihnya adalah ustadz juga akan memilih ulama dan semisalnya. Selain itu, faktor ikatan emosi daerah juga berpengaruh. Orang Makassar memilih calon dari Makassar dan seterusnya. Ada pula karena pengaruh informasi, misalnya mendapat informasi dari teman, kerabat, dan sebagainya. Namun yang jelas, dan saya jamin bahwa tidak ada satu pun calon yang menggunakan money politics apalagi black campaign. Dari proses tersebut akhirnya tersaringlah 13 Pimpinan Wilayah dengan perolehan suara masing-masing, berikut nama dan jumlah perolehan suara: Abbas Baco Miro (671); Ambo Asse (669); Mawardi Pewangi (617); Abd Rakhim Nanda (604); Saiful Saleh (555); Budu (536); Gagaring Pagalung (526); Mustari Bosra (513); Arifuddin Ahmad (421); Dahlan Lama Bawa (390); Abdul Qadir Gassing (336); Pantca Nur Wahidin (324) dan Husain Abdurrahman (313).
Nama-nama di atas secara langsung menjadi formatur, menyepakati salah seorang dari mereka akan ditunjuk sebagai ketua. Uniknya, suara terbanyak tidak serta merta menjadi Ketua Wilayah. Jika melihat angka pemilih di atas, semestinya, KH. Dr. Abbas Baco Miro yang jadi ketua karena mendapat suara terbanyak, 671 selisih dua suara dari incumbent, Prof. Ambo Asse., tetapi karena urutan pertama tidak bersedia sehingga dilimpahkan pada nomor urut kedua. Akhirnya,. Prof. Ambo Asse kembali menakhodai Muhammadiyah Sulawesi Selatan untuk priode 2023-2027, sebelumnya dia juga ketua untuk priode 2015-2023.
Saya kian optimis, Muhammadiyah Sulawesi Selatan akan lebih terasa kiprahnya di tengah masyarakat dalam mencerahkan dan memajukan. Asas dakwahnya tetap dalam bingkai ‘amar ma’ruf nahy mungkar’, ada pun program dan prosesnya akan selalu menyesuaikan setting ruang dan waktu.
Saat ini, amal usaha Muhammadiyah terus berkembang pesat. Jika dulu, Kiai Ahmad Dahlan berpesan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah tapi jangan cari hidup di Muhammadiyah”. Kini pesan itu sudah digeser menjadi, “Carilah hidup di Muhammadiyah dengan berkecukupan tanpa berlebihan”. Dalam pandangan saya, sudah tidak sedikit orang mendadak Muhammadiyah hanya demi material, atau menjadikan Muhammadiyah sebagai baru loncatan demi ambisi pribadi, bukan untuk umat dan persarikatan.
Benar apa yang dikatakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Agung Danarto dalam acara Penutupan Muswil ke-40 di Enrekang. “Tantangan kita di Muhammadiyah makin berat, secara eksternal kita berfastabiqul-khaerat dengan gerakan dakwah seperti salafi, atau dengan ormas lain seperti Wahdah Islamiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Kita juga berhadapan dengan liberalisme, pluralisme, dan sejenisnya”.
Karena itu, tantangan ke depan juga tidak mudah. Bahkan, Syiahisasi hingga saat ini terus berkembang, dan anehnya tidak sedikit kader Muhammadiyah justru dikuliahkan di Iran. Tentu jika hanya kuliah menimba ilmu dan manfaat dari pengetahuan ilmuan di Iran tidak masalah. Tetapi mendalami akidah Syiah lalu kembali ke Indonesia untuk mengajar dan menyebarkan akidah Syiah, pasti akan mengakibatkan masalah besar dalam tubuh persyarikatan. Artinya waspada terhadap Syiah harus ditanamkan sejak dini sebagai mana pesan Majelis Ulama Indonesia. Tapi tidak perlu takut, kita hadapi dengan menyiapkan kader-kader ulama dari program Pendidikan Ulama Tarjih yang sudah berjalan di Unismuh selain dari Ma’had Al-Birr.
Diskursus Syiah dan Ahlusunnah harus direspon dengan cara-cara akademis dan hujah-hujah ilmiah. Karena itu perlu perhatian khusus dari Pimpinan Wilayah dalam memajukan pendidikan kader ulama yang akan mencerahkan umat dan memajukan Bangsa.
Maraknya kader Muhammadiyah melanjutkan studi di Iran disampaikan langsung oleh Ismail Amin, “Sekarang dengan jumlah yang signifikan aktivis Muhammadiyah beberapa yang melanjutkan kuliah di Iran. Insya Allah PCI Muhammadiyah Iran jg akan diaktifkan seiring dengan kehadiran mereka di Iran.” Tulisnya ketika mengomentari postingan Facebook ucapan selamat saya kepada Pimpinan Wilayah yang terpilih (5/3/2023).
Muswil Muhammadiyah ke-40 Enrekang 2023 ini, tetap menyimpan catatan kekurangan untuk perbaikan pada masa mendatang. Antara lain. Tidak ada kegiatan-kegiatan ilmiah berupa seminar, sarasehan atau focus group discussion (FGD). Padalah tema sentral “Mencerahkan Umat dan Memajukan Sulawesi Selatan” merupakan tema induk seharusnya di breakdown pada tema-sederhana dan teknis oleh berbagai Ortom. Misalnya, segenap rektor dan dekan universitas Muhammadiyah di Sulsel bisa menggelar acara sarasehan terkait pendidikan. Atau para Guru Besar dibuatkan forum khusus membahas langkah-langkah strategis Muhammadiyah dalam mencerahkan Sulsel. Perlu dicatat bahwa hampir semua rektor yang datang ke acara Muswil hanya sebagai penggembira. Mayoritas mereka hanya datang untuk pembukaan, dan setelah itu kembali ke asalnya. Demikian pula untuk Ortom kepemudaan, juga tidak ada sama sekali kegiatan bersifat ilmiah seperti diskusi kebangsaan, politik, budaya, dan semisalnya. Padahal banyak pakar dan ahli ke Enrekang, namun berlalu begitu saja tanpa mengambil manfaat dari mereka. Ada ahli dalam bidang jurnalistik seperti Dr Waspada Santing, ahli public speaking, Dr Ilham Hamid, ahli strategic dakwah Dr Ilham Mukhtar, dan selain mereka.
Untunglah ada beberapa teman yang cukup sigap mengambil insiatif. Memaksimalkan para ulama yang hadir dari pengurus wilayah untuk memberikan pencerahan pada jamaah di beberapa masjid. Misalnya, KH. Lukman Abd. Samad di Masjid Nurut Tijaraha Pasar Enrekang, KH. Said Abd Shamad di Masjid Nurul Iman Keppe, dan KH. Dr. Abbas Baco Miro di Masjid Nurul Amin Batili.
Rekan-rekan peserta Muswil dari Baznas juga memanfaatkan memontum ini untuk berdiskusi, tukar pikiran dan pandangan-pandangan serta pengalaman mereka dalam melayani umat lewat zakat, infak dan sedekah. Inilah yang dilakukan oleh Baznaa Palopo, Baznas Tator, dan Baznas Parepare. Kami dari Baznas Enrekang menyediakan fasilitas untuk berdiskusi. Tentu di sela-sela waktu luang, jadi tidak mengganggu kegiatan Muswil.
Sesuai tema Muswil ke-40 “Mencerahkan Umat, Memajukan Sulawesi Selatan”. Maka Muhammadiyah harus jadi contoh terbaik dalam mengarahkan umat dan bangsa pada jalan yang tepat agar tercapai, ‘baldatun thayyebah wa rabbun ghafur’. Wallahu A’lam!
Enrekang, 6 Maret 2023
Oleh: Ilham Kadir, Anggota Persyarikatan Muhammadiyah; Menetap di Enrekang