Indonesiainside.id, Jakarta – Ikatan Guru Indonesia (IGI) dalam surveinya menyebutkan kemampuan berpikir kritis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim tidak ada yang istimewa. Setidaknya 53,3 persen respon mengatakan hal tersebut.
Ketua Umum IGI, Muhammad Ramli Rahim, mengatakan Merdeka Belajar belum tampak wujudnya. Bahkan, kata dia, di masa pandemi Merdeka Belajar justru hilang tertelan wabah.
“Jadi, berpikir kritis yang dikembangkan juga tidak terlihat mungkin karena sedang siap-siap dengan Merdeka Belajar, organisasi penggerak, guru penggerak mungkin yang mereka siapkan,” kata Ramli, Kamis (21/5).
Terkait guru penggerak, Ramli mengatakan hampir 90 persen anggota IGI adalah guru penggerak. Ada tiga fakta yang membuat Ramli berani mengatakan guru penggerak itu ada di IGI. Pertama, guru IGI punya kemampuan yang baik sehingga begitu pandemi datang guru IGI bergerak berbagi.
“Kedua, mereka tidak butuh anggaran. Ada atau tidak adanya anggaran tidak masalah sehingga pelatihan menjamur dimana-mana. Ketiga, semangat berbagi yang sudah tertanam begitu dalam sehingga bertemu dengan kawan-kawan guru yang awalnya menolak pelatihan berbagi sekarang benar-benar terbuka,” ucapnya.
Kemudian, dalam menyelesaikan masalah, IGI juga tidak menemukan. Yang ada, lanjut Ramli, adalah Kemendikbud mendorong layanan pendidikan berbayar yang digunakan oleh sekolah. Hal ini bukanlah solusi, karena itu memutus layanan guru terhadap siswa dan hak siswa terhadap gurunya.
“Layanan TVRI menurut kami memutus jalinan komunikasi guru dengan siswa. Kalau kemudian layanan berbayar itu bisa melupakan guru-gurunya sementara yang mendidik pendidikan itu adalah gurunya. Layanan pendidikan berbayar hanya sekedar layanan pengajarannya saja,” ungkapnya. (ASF)