Oleh: Ahmad Z.R |
Sejak proses pembuatan film “Bali: Beats of Paradise”, Livi banyak tertarik dengan kebudayaan lokal yang ada di Bali.
Indonesiainside.id, Bali — Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) memuji film karya Livi Zheng berjudul “Bali: Beats of Paradise” sebagai karya seni Bali yang berhasil diangkat ke layar perak dunia.
Cok Oce menyampaikan pujian itu saat menerima sutradara muda Livi Zheng di The Royal Pita Maha-Ubud, Gianyar, Bali.
Livi Zheng mengaku gembira mendapatkan atensi khusus dari Wagub Cok Ace. “Saya senang sekali karena film saya diapresiasi Pak Wagub. Proses syuting ini memerlukan waktu kira-kira 3 bulan, tapi dalam jangka waktu setahun kurang lebih. Dan kebetulan kita syuting di banyak upacara di Bali,” kata Livi kepada Indonesia Inside, saat dihubungi, Senin (25/2).
Dari film yang sangat kental dengan kearifan lokal dan keindahan Bali itu, Livi banyak belajar dan mendapatkan inspirasi dari kebudayaan Bali. Sutradara asal Blitar, Jawa Timur, yang berkarir di Hollywood, Amerika Serikat, ini berkomitmen untuk juga terus mempelajari dan mengembangkan kebudayaan lokal yang ada di Indonesia.
“Karena film ini saya terinspirasi belajar gamelan. Dan kemarin saya juga belajar tari Kecak di Ubud. Ini merupakan tradisi-tradisi lokal yang harus tetap dijaga,” ujarnya.
Sebelumnya, ketika meneima Livi pada Sabtu (23/2) lalu, Wagub Cok Ace menuturkan, banyak keindahan dan karya seni Bali mulai dari seni lukis, tarian hingga buku dan manuskrip yang dieksplorasi oleh seniman dan para ahli mancanegara, tetapi tidak ada satu pun yang diangkat ke layar perak sebagai mahakarya Bali. Oleh karena itu, karya Livi Zheng “Bali: Beats of Paradise” tersebut, dapat dikatakan menjadi salah satu karya seni Bali yang mendunia.
“Saya sudah melihat film karya Livi Zheng ini, termasuk yang ditayangkan di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla baru-baru ini. Karya ini mahakarya Bali yang sungguh luar bisa. Sebenarnya, banyak keindahan dan seni budaya Bali, mulai dari lukisan, tarian, buku hingga karya-karya lainnya yang dieksplorasi dan ditulis oleh para seniman dan ahli banyak negara seperti Clifford Geertz, Mark Hobart dan Prof Yamashiro. Namun, tidak ada yang diangkat ke layar perak dunia. Oleh karena itu, sekali lagi, film karya Livi Zheng ini adalah sesuatu yang luar biasa, dan kita orang Bali harus berterima kasih pada Livi Zheng,” ujarnya.
Cok Ace tak hanya memuji film yang dikerjakan selama satu tahun di Bali dan Los Angeles, Amerika Serikat itu, tetapi juga berharap karya-karya seni Bali lainnya dapat diangkat kembali ke layar perak sebagai karya seni dunia seperti halnya “Bali: Beats of Paradise.”
Bahkan, Wagub Cok Ace pun berterimakasih kepada Livi karena sudah menjadikan keindahan Bali sebagai objek dari film tersebut. Dan, berharap di masa datang, semakin banyak produser dan sutradara-sutradara film dunia yang melirik Bali. Bukan hanya sebagai tempat pengambilan gambar tetapi juga mengangkat cerita dan seni budaya Bali lainnya.
Livi Zheng yang juga pernah menjadi atlet bela diri Indonesia menambahkan, banyak film-film Hollywood yang selama ini sudah menyelipkan gamelan sebagai pengiring dari adegan film, seperti film Avatar, TV seri Star Trek sampai game Nintendo Mario Bros. Namun, tidak banyak orang-orang asing yang mengetahui asal-usul dan seperti apa seni gamelan tersebut.
”Untuk itu, saya tertarik mengangkat gamelan dan Bali sebagai inspirasi dari satu karya film saya yang baru ini. Sebab, saya ingin memberitahukan kepada dunia bahwa gamelan itu adalah seni budaya yang berasal dari Indonesia,” tutur Livi yang pernah mengawali karirnya sebagai stuntwoman itu.
Perjalanan hidup seniman Bali
Lebih lanjut, Livi menceritakan, film “Bali: Beats of Paradise” itu sendiri, mengisahkan perjalanan hidup Nyoman Wenten, seniman gamelan yang tinggal di Los Angeles. Wenten dikenal juga sebagai pengajar etnomusikologi di UCLA dan Herb Alpert School of Music, serta California Institute of the Arts. Film itu juga mengupas persinggungan Wenten dengan gamelan sejak kecil di Bali, yang membawanya melanglang buana.
Nyoman Wenten kemudian bekerjasama dengan musisi Judith Hill yang sebelumnya kontestan The Voice dan pemenang Grammy-Award. Bersama Judith Hill, Nyoman Wenten menggabungkan gamelan dan tari Bali dengan musik funk dalam musik “Queen of the Hill”.
“Bali: Beats of Paradise” sudah diputar di bioskop-bioskop Amerika mulai 16 November 2018. Film ini juga akan diputar di biosop-bioskop Korea Selatan pada April. Selain Bali, kota-kota besar lainnya di Indonesia juga akan mendapat kesempatan tayang perdana pada Juli mendatang. (TA)