Indonesiainside.id, Jakarta — Ikatan Guru Indonesia (IGI) menilai empat program program pokok kebijakan pendidikan yang dicetuskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim sebagai kemunduran. Program ini disebut hanya menjadikan sekolah kembali berkasta-kasta.
IGI mengkritik kebijakan zonasi dengan adanya penambahan kuota jalur prestasi menjadi 30 persen. Penambahan kuota ini dianggap mengakibatkan pemerataan pendidikan di seluruh sekolah di Indonesia menjadi buyar.
“Karena dengan adanya jalur prestasi yang demikian besar porsinya mengakibatkan kembali terbentuknya sistem sekolah unggulan, sistem sekolah teladan, sistem sekolah favorit yang selama ini sebenarnya menjadi perjuangan kita untuk menghilangkan kasta-kasta sekolah,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat IGI, Muhammad Ramli Rahim di Jakarta, Kamis (12/12).
Ramli menjelaskan, kasta-kasta sekolah selama ini telah menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Seperti misalnya upaya segelintir orang untuk mengupayakan segala macam cara agar anaknya mampu terakomodir di sekolah-sekolah unggulan.
Selain itu, memicu ketimpangan antara. Nadiem Makarim kembali membangun kasta-kasta sekolah tersebut dengan menaikkan porsi jalur prestasi menjadi 30 persen.
Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen.
Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. “Daerah berwenang menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi,” ujar Nadiem dalam keterangan persnya.
Nadiem berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam memeratakan akses dan kualitas pendidikan. Pemerataan akses dan kualitas pendidikan perlu diiringi dengan inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah.
“Seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan guru,” kata Nadiem. (*/Dry)