Indonesiainside.id,Jakarta – Konsorsium Covid-19 dibawah Kemenristek saat ini sedang mengembangkan dua jenis tes diagnostik. Kit pertama disebut RDT IgG IgM dan kit kedua disebut RDT Micro-chip. Kit yang pertama saat ini sudah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan dapat diproduksi hingga 100.000 kit dalam waktu
sebulan.
“Hasil tes bisa dilihat dalam waktu 15 menit,” ujar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Ka. BRIN), Bambang P.S. Brodjonegoro di Jakarta, Rabu(8/4).
Kit kedua, lanjut Bambang, digunakan untuk deteksi awal (early detection) dengan cara mendeteksi antigen atau bagian virus corona yang masuk ke dalam tubuh manusia. Mengingat virus Corona dapat bermutasi dalam penderita yang berbeda, kedua kit ini
dikembangkan khusus untuk mendeteksi virus Corona yang sudah menyebar di
Indonesia.
“Untuk membantu kekurangan ventilator dan berbagai peralatan untuk membantu
pernafasan di rumah sakit, BPPT dan berberapa perguruan tinggi juga sedang
mengembangkan alat bantu pernafasan dan portable ventilator,” tuturnya.
Bambang mengatakan BPPT mengembangkan portable ventilator ini berbasis bagging bag yang umum dikenal dengan ambu bag. Portable Ventilator BPPT ini mengadopsi desain open source ventilator yang dikembangkan di Eropa dengan modifikasi untuk menyesuaikan dengan material dan komponen yang ada di lokal, serta tambahan sensor dan sistem kontrol untuk memenuhi fungsi dan safety dalam pengoperasiannya.
“Saat ini BPPT sedang menyelesaikan purwarupa portable ventilator tersebut sebelum usulan sertifikasinya diajukan pada Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan,” terangnya.
Setelah mendapat sertifikasi, portable ventilator ini akan diproduksi massal oleh industri nasional untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit pada bulan ini.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga laboratorium yang mampu mendeteksi virus corona, LIPI juga mengadakan Pelatihan Tim Pemeriksa Covid-19.
“Pelatihan ini bertujuan memastikan pemeriksa Covid-19 mampu mendeteksi maupun meneliti virus Corona tanpa tersentuh atau terinfeksi virusnya. Pelatihan ini dilakukan di Fasilitas Bio Safety Level-3 berstandar WHO milik LIPI,” jelasnya.
Sebagai anggota Konsorsium Covid-19, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) juga turut berkontribusi melalui layanan salah satu satelit buatannya, yaitu LAPAN-A2/LAPAN-ORARI.
“Satelit ini telah mengirimkan pesan anjuran physical distancing atau upaya menjaga jarak fisik kepada masyarakat melalui frekuensi radio 145.825 MHz. Pesan lain terkait penanggulangan Covid-19 juga dapat dikirimkan
melalui satelit ini,” ungkapnya.
Dalam rangka menyediakan tempat istirahat dan konsumsi bagi para peneliti dan tenaga medis yang berperan dalam penanganan Covid-19, Kemenristek/BRIN berinisiatif menyediakan Wisma Tamu Puspiptek di Serpong, Tangerang Selatan
sebagai tempat peristirahatan bagi mereka.
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Puspiptek) sebagai pengelola wisma tersebut menyiapkan fasilitas dan
konsumsi bagi para peneliti dan tenaga medis yang ingin beristirahat di Wisma Tamu Puspiptek.
“Saya berharap dengan sinergi dari semua lembaga penelitian dan
inovasi di lingkungan Kemenristek/BRIN, penanggulangan wabah virus Corona ini akan segera teratasi,” tuturnya.(EP)