Indonesiainside.id, Pondok Cabe – Empat minggu sudah dunia pendidikan di Indonesia menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau online learning untuk mencegah penularan virus corona. Bagi sekolah yang tidak siap, hal ini tentu menjadi masalah, namun tidak demikian bagi Sekolah Kharisma Bangsa di Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Ini karena, pembelajaran secara daring bukanlah hal baru bagi sekolah yang berbasis Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) serta mengadopsi kurikulum Cambridge ini. Sejak tiga tahun terakhir, mereka telah menerapkan technology integrated classroom.
‘’Pembelajaran jarak jauh (online classroom) sebenarnya memberikan tantangan tersendiri bagi guru-guru. Namun, sistem pembelajaran daring ini tidak mengurangi kualitas dan produktivitas sivitas di Kharisma Bangsa,’’ kata Sandra Susanto, Kepala Sekolah SMP Kharisma Bangsa dalam keterangan resminya, Selasa(14/4).
Dituturkannya, kunci efektifitas dari sistem pembelajaran daring adalah bagaimana seorang guru tetap kreatif untuk menyajikan pembelajaran secara menyenangkan dan mudah dimengerti. Tujuannya tentu saja agar para siswa tidak merasa bosan dan tetap produktif di rumah.
Sekolah Kharisma Bangsa sudah terlebih dahulu meliburkan siswanya untuk mengikuti imbauan pemerintah mencegah penyebaran virus corona di institusi pendidikan terhitung 19 Maret 2020. Kemudian, melalui surat edaran tersebut sekolah secara resmi meliburkan para semua staf dan menerapkan bekerja dari rumah (Work From Home).
“Selain sistem pembelajaran, sistem pendaftaran dan proses asesmen siswa baru pun dilakukan secara online,” ujarnya.
Harapan program belajar dari rumah ini untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
Lantas apa saja tantangan dalam pembelajaran daring?. Sandra Susanto kemudian menjelaskan, paling tidak ada lima tantangan utama dalam model pembelajaran ini.
Pertama, seorang guru harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini, misalnya presentasi zoom, penugasan via google classroom, pre-test atau post-test dengan quizizz, dan pemberian tugas proyek dengan pemanfaatan Google Drive, presentasi interaktif dengan peardeck, dan lain-lain.
“Karena hal itu mutlak harus dilakukan untuk mentransfer knowledge kepada peserta didik secara menarik dan efektif,” katanya.
Kedua adalah masalah penyajian pelajaran kepada anak didik. Menurutnya, guru perlu menyajikan pembelajaran yang terencana dan efektif dalam keterbatasan waktu. Hal ini bisa dilakukan jika pendidik sudah mempersiapkan perencanaan mata pelajaran yang berkualitas (quality lesson plan) dan juga mengatur langkah-langkah pembelajaran yang detail.
Di sisi lain, guru dan siswa secara interaktif dapat menetapkan tujuan pembelajaran sesuai ketersediaan waktu dan memilih materi yang akan disampaikan dengan langkah-langkah yang tepat dan akurat.
“Keterbatasan waktu menuntut para guru untuk mengatur waktunya dengan baik,” lanjutnya.
Ketiga, terkait kemampuan guru untuk menyatukan persepsi dan konsentrasi anak-anak didik yang serba berjauhan. “Ini hanya bisa dilakukan oleh guru yang memiliki visi yang jelas dalam pembelajaran dan mampu menjalin ikatan batin dengan siswa dengan melakukan perannya sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan komunikator,” jelasnya.
Keempat, harus memperkuat karakter anak didik. Guru dituntut untuk mampu menyampaikan pesan bagi anak didiknya agar menjadi generasi yang tangguh, mengingat kondisi saat ini di mana masyarakat sedang diuji secara fisik dan mental akibat penyebaran Covid-19, yang berdampak pada pembelajaran siswa menjadi serba terbatas dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan berkreasi. Siswa harus mampu beradaptasi dengan hal-hal yang baru.
“Di samping peran orang tua siswa, guru bisa memotivasi siswa untuk disiplin belajar, semangat dalam melaksanakan tugas, aktif dalam sesi presentasi, dan menghidupkan interaksi online dan tetap berkarya melalui pemanfaatan berbagai media dan sumber yang ada,” kata Sandra.
Kelima, mendorong kolaborasi antara orang tua dan pihak sekolah. Guru harus kreatif dalam meramu materi, menggunakan metode yang menyenangkan, dan memberikan tugas-tugas yang dapat menstimulasi siswa untuk bertanya kepada baik kepada guru, teman sekelas, maupun orang tua mereka.
Pembelajaran dan penugasan online menuntut orangtua ikut aktif melihat bagaimana aktivitas anak-anak bahkan bisa menjadi teman dan motivator dalam belajar anak. Sedangkan di pihak lain guru terus melakukan kontrol dan umpan balik melalui media daring tersebut untuk dapat memastikan siswa semuanya melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.
Konsep belajar menyenangkan dan bermakna ini juga dilaksanakan SD Kharisma Bangsa. Terinspirasi dari pandemi ini siswa-siswi SD ditugaskan membuat proyek lagu yang digunakan sebagai kampanye untuk turut mengurangi penyebaran virus melalui pelajaran musik.
“Anak-anak akan menghafal dan menyanyikan bersama di pelajaran musik,” kata Zubaidah, Kepala Sekolah SD Kharisma Bangsa.
Lagu sederhana itu berisi informasi dasar tentang Covid-19 yang mudah dipahami oleh anak-anak seusia mereka. Juga berisi imbauan agar menerapkan pola hidup sehat, termasuk pula menjaga jarak (social distancing) dan budaya cuci tangan sebagai gerakan bersama melawan penularan virus corona.
Zubaidah berharap hal ini bisa menjadi inspirasi bersama mencegah virus corona selama pandemi ini berlangsung. “Semoga wabah ini segera berlalu dan yang paling penting adalah semoga dengan pembelajaran online ini meninggalkan pengalaman positif untuk para siswa dan tenaga pendidik dan juga tentunya orang tua yang memiliki peran utama dalam mensupport sistem pembelajaran dari rumah ini,” pungkasnya. (EP)