Indonesiainside.id
No Result
View All Result
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
Indonesiainside.id
Home News Humaniora

Arief Budiman, Jejak Perjuangan Sang Aktivis Sosialis

Oleh Suandri Ansah
Kamis, 23/04/2020 18:43
Potret Arief Budiman (Soe Hok Djin) yang dimuat Majalah Forum dalam sebuah esai pada 1995. Foto: Moeseum.id

Potret Arief Budiman (Soe Hok Djin) yang dimuat Majalah Forum dalam sebuah esai pada 1995. Foto: Moeseum.id

FacebookTwitterWhatsapp

Indonesiainside.id, Jakarta – Sosiolog Arief Budiman wafat pada Kamis (23/4) di Salatiga, Jawa Tengah di usia 79 tahun. Pria yang sewaktu lahir diberi nama Soe Hok Djin oleh orang tuanya itu, dikenal luas sebagai aktivis angkatan 1966 yang vokal melontarkan kritik keras bersama adiknya, Soe Hok Gie, di era kekuasaan Soekarno.

Dia adalah sosok sosialis kritis yang turut menggalang kekuatan politik untuk meruntuhkan Orde Lama dan membangun Orde Baru. Arief aktif bergabung dalam gerakan massa menentang ketidakadilan dan kebijakan penguasa yang dianggap tak senapas dengan perjuangan untuk kesejahteraan rakyat.

Arief muda membangun karier aktivisnya sejak belajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Dia tumbuh besar dalam lingkungan pergolakan pemikiran, di antaranya bersama Goenawan Mohamad dan Nono Anwar Makarim (ayah dari Mendikbud Nadiem Makarim).

Setelah Orde Lama runtuh pun, jiwa kritisnya tak pudar. Dia pernah memimpin demonstrasi menentang pembangunan Taman Mini—yang kala itu dianggap menghamburkan anggaran negara yang berujung penahanannya pada 1970.

Baca Juga:

Pengesahan UU TPKS Diapresiasi Aktivis dan Tokoh Perempuan Islam

Universitas Indonesia Peringkat Pertama Perguruan Tinggi Terbaik Versi Webometrics

Setahun setelahnya, Arief mengampanyekan gerakan golongan putih atau golput pada pemilihan umum (pemilu) yang pertama kali digelar pemerintah Orde Baru. Goenawan Mohamad pernah menulis di kolom di Tempo mengenai sepak terjangnya itu dalam artikel berjudul “Teater Arief Budiman”.

Jejak intelektual Arief dimulai ketika dia belajar di College d’Europe, Brugge, Belgia selama satu semester pada 1964. Empat tahun kemudian, dia menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UI dengan mengkaji psikologi penyair modern Indonesia, Chairil Anwar.

Kelak, skripsinya itu dibukukan dengan judul Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan (1976). Dia juga mendalami pengetahuan di Paris (1972), dan meraih PhD dalam bidang sosiologi dari Universitas Harvard, AS (1980).

Ayah dua anak itu adalah seorang Katolik sebelum masuk Islam dan menikahi kekasihnya pada 1968, Sitti Leila Chairani. Leila seorang gadis Minangkabau, berasal dari keluarga muslim yang taat dari pasangan Siti Fatimatul Zahra dan Sutan Pangeran Baharsyah.

Pada awalnya, orang tua Leila tak setuju anak gadisnya menjalin cinta dengan seorang Hok Djin yang—dalam kamus tren jaman now disebut—double minority alias minoritas ganda: Tionghoa dan nonmuslim. Namun, lelaki itu tak lantas patah arang untuk mempertahankan cintanya.

Orang tua Leila akhirnya mengajukan dua syarat kepada Hok Djin jika tetap ingin mempersunting putri mereka: lulus kuliah di UI dan menjadi Muslim. Kedua syarat itu pun disanggupi Hok Djin. Bahkan, lelaki itu sampai rela menanggalkan identitas Tionghoa yang dibawanya sejak lahir: mengganti nama dengan dua kata yang dianggap “lebih Indonesia”.

“Jadi dapat dibayangkan betapa sukarnya saya menikah dengan Arief Budiman, teman kuliah yang berasal dari keluarga Tionghoa, yang jelas berasal dari latar keluarga yang sangat berbeda,” kisah Leila dikutip abc.net.au.

Arief Budiman adalah nama kedua yang dipilihkan Leila. Mulanya, ia menyarankan agar Hok Djin diganti dengan Satya Mitra yang berarti Pendamping yang Setia. Nama pertama itu sempat digunakan Hok Djin saat menulis artikel untuk koran Indonesia Raya.

“Kemudian saya pikir belum tentu ia setia terus. Saya pun bertanya nama Hok Djin itu artinya apa? Dia bilang bijaksana. Jadi saya pilihkan nama Arief Budiman,” kata Leila. Nama itulah yang kemudian disandangnya sampai menghadap Sang Pencipta.

Arief menjadi pengkritik penguasa yang paling kencang selepas adiknya, Soe Hok Gie, meninggal dunia pada 1969 di puncak Gunung Semeru. Napas perjuangan Gie diteruskan sang kakak di jalur pemikiran dan politik. Dia lihai mengemas kritik-kritik sosial dan politik nan bernas dalam bentuk karangan berupa esai dan sastra.

Cara tersebut diakui Arief karena pengaruh dari adiknya. Dia menilai, gerakan rakyat membutuhkan motor dan ikon seperti Gie. Kendati demikian, jauh sebelum itu, Arief juga telah lebih dulu memiliki konsentrasi di bidang politik dan kebudayaan.

Pada 1963, ia bersama sejumlah sastrawan seperti Taufiq Ismail dan kawannya, Goenawan Mohamad, ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan (Manikebu) sebagai bentuk protes kepada Presiden Soekarno dan menentang Lekra menjadi alat politik.

“Manifes Kebudayaan itu mempersilakan seniman menyuarakan kepentingan proletar, tapi tak boleh menafikan keindahan. Kalau mau nyeni, ya harus ada esetikanya. Itulah sebabnya saya tetap mengakui beberapa tokoh Lekra yang memiliki kemampuan esetetika tinggi seperti Pram,” katanya dikutip Memoar Tempo berjudul Tukang Protes dari Sawah Besar yang terbit pada 23 Juli 2012.

Arief pernah bergiat dalam penerbitan majalah sastra, Horizon, bersama almarhum HB Jassin dan Mochtar Lubis. Dia menjadi redaktur majalah itu pada 1966 sampai 1972, kemudian menjadi salah seorang anggota dewan penasihat majalah itu selama 20 tahun kemudian.

Esainya, “Manusia dan Seni”, memperoleh hadiah ketiga Majalah Sastra pada 1963. Karyanya yang lain berjudul Pembagian Kerja secara Seksual (1981); Transmigrasi di Indonesia: Ringkasan Tulisan dan Hasil-Hasil Penelitian (1985), dan; Jalan Demokrasi ke Sosialisme: Pengalaman Chile di Bawah Allende (1986).

Salah satu bukunya, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, menjadi salah satu buku bacaan wajib para mahasiswa yang ingin memahami seluk-beluk hegemoni negara-negara maju (terutama Barat) terhadap negara-negara berkembang.

Arief dianggap sebagai tokoh “Metode Ganzheit” sejak Diskusi Sastra 31 Oktober 1968 di Jakarta dan terlibat dalam serangkaian polemik dengan MS Hutagalung sebagai wakil “Aliran Rawamangun”. Dia juga diangkat sebagai tokoh sastra dan kesenian di Solo (Oktober 1984).

Melihat sepak terjangnya itu, Arief Budiman nyaris punya segala-galanya: pemikiran intelektual yang mumpuni; jiwa sastra yang gemilang; idealisme dalam berkarya; semangat perjuangan yang pantang pudar saat melawan ketidakadilan, dan; tentu saja kecintaannya kepada Indonesia. Selamat jalan Hok Djin! (AIJ)

Tags: AktivisArief Budimanorde baruorde lamaSastrawanSoe Hok GieSosiologUniversitas Indonesia
Previous Post

Gus Yusuf: Masjid Bukan Tempat Penyebaran Covid-19

Next Post

Pemerintah Malaysia Larang Warganya Balik Kampung Selama Ramadhan

Rekomendasi Berita

Sekolah Pribadi Depok Bantu Modal Usaha Panti Asuhan
Humaniora

Sekolah Pribadi Depok Bantu Modal Usaha Panti Asuhan

19/01/2023
Lima Ribu Sukarelawan Beri Pendampingan Siswa Penerima KIP Kuliah Merdeka
Humaniora

Lima Ribu Sukarelawan Beri Pendampingan Siswa Penerima KIP Kuliah Merdeka

19/01/2023
Bergelimang Prestasi di 2022, Sekolah Darul Hikmah Kutoarjo Islamic School Beri Diskon Pendaftaran Murid Baru
Humaniora

Bergelimang Prestasi di 2022, Sekolah Darul Hikmah Kutoarjo Islamic School Beri Diskon Pendaftaran Murid Baru

19/01/2023
18 Tahun Mandek, DPR Ingin RUU PRT Segera Disahkan
Headline

18 Tahun Mandek, DPR Ingin RUU PRT Segera Disahkan

18/01/2023
Saleh Daulay: Kedelapan Fraksi Tidak Sedang Bermain-main. Itu Sangat Serius
Headline

Saleh Daulay: Kedelapan Fraksi Tidak Sedang Bermain-main. Itu Sangat Serius

16/01/2023
DPR Minta Hilirisasi Bahan Mentah Jalan Terus, Nggak Usah Mikirin Intervensi WTO
Headline

Jokowi Minta Stabilitas Politik Dijaga

13/01/2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Pilek, Kru Lion Air Penerbangan Manado-Guangzhou Diisolasi

Insiden Tabrak Garbarata, 7 Kru Air Lion Air Dipastikan Negatif Narkoba

28/01/2023 07:52
Pemkab Tangerang Gencarkan Vaksinasi Booster Tahap Dua

Pemkab Tangerang Gencarkan Vaksinasi Booster Tahap Dua

27/01/2023 20:42
Pemkab Tangerang Optimalkan Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Pihak PIK-2

Pemkab Tangerang Optimalkan Kerja Sama Ketenagakerjaan dengan Pihak PIK-2

27/01/2023 19:00
Kelar Bulan Depan, Buku Panduan Ujian SIM Bisa Didapatkan Di Lokasi Publik

Kelar Bulan Depan, Buku Panduan Ujian SIM Bisa Didapatkan Di Lokasi Publik

27/01/2023 13:23

Berita Populer

Damkar Jaksel Padamkan Kebakaran di Cipete

26/01/2023 10:16

Kutuk Pembakaran Alquran, Menag: Itu Jelas Teror

26/01/2023 17:00

Kerusuhan Berdarah PT GNI, PKS Soroti Mudahnya TKA China Masuk Indonesia

26/01/2023 16:37

Pesan Presiden Jokowi Kepada yang Hendak Menikah

26/01/2023 14:10

Ikuti Kami

  • Tahun 2023 adalah Tahun Kelinci Air. Dianggap Memiliki arti khusus
yang dianggap bisa memberikan pesan untuk melewati tahun ini. Apa saja arti dari kelinci air? Simak infografis berikut.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#imlek #tahunbaruimlek #imlek2023 #chinesenewyear #tahunkelinci2023 #kelinciair #tahunkelinciair #infografis #indonesiainside
  • Semoga tahun baru imlek membawa berkah, kesehatan dan keberuntungan bagi kita semua.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#tahunbaruimlek #chinesenewyear #imlek #imlek2023 #tahunbaruchina #tahunkelinciair #tahunkelinci #indonesiainside
  • Komunitas motor gede meminta pemerintah untuk melegalkan pengendara moge melintas di jalan tol. Simak penjelasannya ya!

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#moge #motogede #mogemasuktol #jalanraya #motor #jalantol #indonesiainside
  • Pemprov DKI Jakarta tahun ini berencana menerapkan Electronic Road Pricing (ERP) untuk mengurai kemacetan. Seluruh kendaraan bermotor akan dikenakan tarif ketika melintas di ruas tertentu.

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#jalanberbayar #jalanraya #dkijakarta #indonesiainside #jalanjakarta
  • Dari kita untuk kita, menanam pohon sama dengan menanam harapan untuk kehidupan lebih baik.

Simak info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#gerakansatujutapohon #pohon #menanampohon #indonesiainside
  • Pemerintah telah menyepakati dan menetapkan Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023 melalui SKB 3 Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1066/2022, Nomor 03/2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#harilibur #liburnasional #hariliburnasional #tanggalmerah #jadwallibur2023 #libur2023 #2023 #indonesiainside
Indonesiainside.id

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • Home
  • Pemilu 2024
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Podcast
    • Foto
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved