Indonesiainside.id, Makassar – Pandemi Covid-19 cukup meresahkan dunia. Dampaknya sangat besar, bagi semua kalangan. Dirasakan orang tua,remaja, pekerja, pengangguran hingga pelajar. Namun, dibalik semua itu, ada hikmah yang mungkin sebagian kecil dirasakan oleh para pendidik di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang mayoritas masih gagap teknologi. Khususnya dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi.
Pusat Teknologi dan Informasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom), pernah merilis bahwa dari jutaan guru yang ada di Indonesia, tercatat 60 persen gagap teknologi. Masih banyak guru yang tidak mampu menghadapi kemajuan digital.
Di Sulsel sendiri, teknologi masih menjadi masalah bagi para pendidik. Bahkan bisa terhitunh masih sedikit guru yang mampu mengoperasikan laptop ataupun komputer. Plt. Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Basri menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 ini, memberikan tantangan besar bagi pendidikan di Sulsel.
Sebab para pendidik dituntut harus mengetahui menggunakan teknologi digital. Pasalnya selama pandemi, sistem pendidikan di seluruh Indonesia beralih ke daring. Karena itu, guru-gur tentu dituntut untuk belajar agar komunikasi dan pendidikan di masa pandemi terjalin.
“Kami berupaya dan memaksimalkan dalam pengembangan inovasi, khususnya dalam pengembangan pendidikan pembelajaran daring yang kita lakukan selama ini,” katanya.
Dia melanjutkam, ada berbagai hikmah di balik pandemi Covid-19 ini. Salah satunya, yaitu meningkatnya kesadaran para pendidik dan guru untuk menguasai kemajuan teknologi dan informasi, sehingga masalah pendidikan di tengah pandemi ini dapat diselesaikan secara bersama.
Pengamat Pendidikan Yasdin Yasir menjelaskan, pembelajaran daring pandemi sebagai pengganti atau suplemen bagi siswa yang dirumahkan. Karena itu dibutuhkan kreatifitas dari para guru, berikan batasan waktu kepada siswa.
Dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) menjelaskan, jika tiap hari siswa yang belajar di rumah akan merasa bosan tidak seperti di sekolah. Dalam kondisi seperti ini, guru harus mentransfer pengetahuan pendidikan bukan memberikan pelajaran dan ada nilainya. “Misalnya yang diberikan pelajaran matematika, penjumlahan bisa ditanyakan benda-benda yang ada di rumah mereka, sehingga orang tua bisa bekerja sambil mengajar anaknya menjawab tugas dari ibu guru. Contoh, apa yang ada di dapur, jumlahnya berapa,” seperti itu,” katanya, kepada indonesiainside.id. (PS)