Indonesiainside.id, Jakarta – Sekolah menengah kejuruan (SMK) dan kampus vokasi serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus ‘menikah’ dengan industri atau dunia kerja sebagai user lulusan.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto yang baru saja dilantik bahwa konsep link and match ini sebenarnya sudah cukup lama dicetuskan dan diupayakan terwujud di Indonesia.
“Tidak sedikit SMK dan kampus vokasi yang sudah melakukannya, atau mungkin mulai melakukannya dengan pihak industri/user lulusan. Namun, Link and Match tersebut jangan hanya selesai pada MoU, atau cukup hanya resmi diberitakan di media massa,” kata Wikan di Jakarta, Jumat (8/5).
MoU-MoU tersebut, lanjut Wikan, tidak boleh tidur atau menjadi sleeping MoU. “Prinsipnya, harus betul-betul dalam dan sustain atau berkelanjutan, ‘pernikahan’ tersebut, dan menguntungkan seluruh pihak,” terangnya.
“Bring industries to school and campuss sehingga siswa dan mahasiswa lebih cepat memahami dunia kerja. Cost atau biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk melatih karyawan atau pegawai baru, bisa ditekan jauh lebih rendah,” ujarnya.
Wikan juga berharap dunia industri akan mendapatkan SDM yang lebih baik, lebih kompeten, lebih siap kerja dan lebih unggul.
Dengan begitu maka kolaborasi antara pendidikan vokasi dan industri akan meningkatkan produktivitas dan menghadirkan inovasi-inovasi baru.
“Jadi, mari bersatu antara dunia pendidikan dan industri atau DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) bersama-sama menciptakan SDM unggul tersebut,” katanya.(EP)