Indonesiainside.id, Jakarta – Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia mengecam sebuah artikel berjudul “Prostitusi Bisa Jadi Pilihan yang Berdaulat” yang terbit di laman magdalene.com, Sabtu (16/5). Publikasi tersebut dinilai telah menimbulkan keresahan masyarakat.
Ketua AILA Indonesia, Rita Soebagio mengatakan, publikasi itu merupakan bukti nyata adanya ancaman ketahanan keluarga di Indonesia. Masih berkembangnya kampanye nilai-nilai feminis yang dipandang memusuhi institusi keluarga dengan mengusung isu kedaulatan tubuh serta kebebasan seksual.
Publikasi tersebut menampilkan pernyataan, kutipan dan wawancara yang dipandang mendukung pelacuran. Artikel itu juga memunculkan komentar yang dinilai telah merendahkan dan menghina peran dan kedudukan istri dalam institusi pernikahan atau keluarga.
Dalam salah satu petikan wawancara, seorang pekerja seks bahkan mencibir para istri, karena menurut dia, istri pun pelacur karena dia menjaja tubuhnya sebagai ganti mendapatkan perlindungan suami. Baginya, istri malah pelacur yang diperbudak, karena selain digunakan untuk hubungan seksual, seorang istri juga harus merawat rumah dan keluarga, bahkan harus tunduk pada aturan suami, demikian salah satu isi artikel itu disitat Ahad (17/5).
Menurut opini penulis, Orrik Ormeari, profesi pelacur dianggap memiliki kemerdekaan dan kontrol penuh atas tubuhnya. Pelacur bebas kapan menerima pesanan, menentukan jenis pelanggan yang akan dilayani, dan mendapatkan bayaran ketika berhubungan seksual dengan kliennya.
Orrik menanggapi tulisan berjudul “Prostitusi Bukanlah Pilihan” yang terbit di laman yang sama. Rita mengungkapkan, isu kedaulatan tubuh dalam berbagai publikasi feminis seperti Magdalene, yang menganggap kemerdekaan perempuan terletak pada kebebasan dalam mengontrol organ seksualnya, bukanlah barang baru.
“Isu kedaulatan tubuh juga merupakan filosofi dari Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (“RUU PKS”) yang menitikberatkan pidana pada ada tidaknya consent atau persetujuan dalam hubungan seksual, bukan pada baik buruknya sebuah perilaku seksual,” kata Rita, Ahad (17/5).
Bagi para pengusung kedaulatan tubuh, prostitusi dan perzinaan tidak dianggap sebagai bentuk kekerasaan seksual jika dilakukan atas dasar suka sama suka. Pandangan serupa telah lama dikampanyekan secara masif di Indonesia.
Rita menegaskan, konsep keluarga merupakan hubungan suci dan sakral di Indonesia. Pernikahan diikat oleh nilai-nilai agama.
“Pernikahan dan keluarga lebih dari sekedar penjajaan dan eksploitasi organ seksual demi uang sebagaimana pelacuran. Pernikahan dan keluarga adalah unit sosial masyarakat terkecil yang menunjang peradaban manusia. Keluarga yang ideal merupakan tempat pulang yang hangat bagi jiwa dan raga manusia,” tuturnya. (Aza)