Indonesiainside.id, Jakarta – Ketua Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan paham radikal terorisme adalah sesuatu ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri.
Adanya pemikiran yang menyimpang dari agama Islam itu dikarenakan memahami terhadap ajaran Islam yang tidak sempurna dan tidak mendalam, katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat (19/6).
“Kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Inilah yang kemudian menjadi paham radikal. Padahal paham yang benar tentang Islam itu tentunya adalah Ya’lu Wala Yu’la ‘alaihi yang artinya adalah Islam itu adalah sesuatu agama yang lebih tinggi dari pada agama yang lain sehingga tidak perlu khawatir,” kata KH Yusnar Yusuf Rangkuti.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah itu menyampaikan, salah satu cara untuk membendung penyebaran paham radikalisme adalah melalui dakwah tanpa henti guna meluruskan pandangan yang melenceng. “Dakwah harus terus dilakukan tanpa henti untuk memberikan pandangan yang benar dan meluruskan padangan-pandangan yang melenceng terhadap Islam itu tadi. Sehingga masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat semesta alam) dan tidak mengajarkan kekerasan ataupun melakukan aksi terorisme,” ungkapnya.
Pria kelahiran Medan, 25 Maret 1955 itu mengungkapkan, sebenarnya perbedaan pendapat di dalam Islam adalah suatu hal yang biasa. Contohnya, kata dia, mengenai adanya kebijakan yang mengatakan boleh shalat Jumat beberapa gelombang saat pandemi Covid-19.
“Ada yang mengatakan boleh dilakukan bergelombang, berganti-gantian sebagai upaya untuk mencegah peyenbaran virus corona. Ini juga sempat menjadi pertentangan di media. Tapi ya silahkan saja shalat Jumat sesuai yang ditetapkan, kan itu hanya sementara saja yang tujuannya baik untuk mencegah penyebaran virus,” ujarnya.
Imam Besar Masjid Raya Telaga Kahuripan Bogor itu juga mengatakan, perlunya moderasi beragama untuk menanamkan sikap toleransi keberagaman kepada masyarakat. Menurutnya, imunitas terhadap paham radikal sudah ada pada diri masing-masing manusia. Namun, imunitas tersebut juga dapat dibantu dengan vaksin antiradikalisme untuk meningkatkan kekuatan dalam melawan virus radikalisme yang menyimpang tersebut.
Sementara, Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) itu mengimbau kepada umat muslim untuk kembali memunculkan keramahtamahan yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar sesama warga bangsa ini dan terhadap warga bangsa lain.
“Kembalilah kita galakkan senyum yang ramah kepada semuanya, karena dengan senyum itu akan terlihat bahwasannya bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang ramah, bangsa yang sangat toleran,” ujar mantan Direktur Pendidikan Agama Islam Masyarakat Departemen Agama itu. (ASF/ANT)