Indonesiainside.id, Sanaa— Dengan meroketnya harga obat-obatan di Yaman akibat perang dan blokade, banyak warga menjadikan obat herbal tradisional berharga murah sebagai pilihan yang dapat menyelamatkan hidup mereka. Ali al-Atab membeli tanaman obat dari sebuah toko yang menjual beragam jenis rempah di Pasar Almilh di Kota Tua Sanaa.
“Saya datang kemari untuk membeli tanaman obat guna mengobati saluran kemih dan batu empedu, yang harganya murah … jadi jika tanaman obat itu bisa menyembuhkan saya, itu bagus, dan jika tidak, saya tidak rugi,” kata al-Atab kepada Xinhua.
Pelanggan lain bernama Abu Sakhr Qaid menuturkan dia mendapati bahwa obat-obatan herbal bermanfaat bagi kesehatan keluarganya yang beranggotakan enam orang. “Obat-obatan herbal membantu memperkuat kekebalan terhadap berbagai penyakit kronis dan epidemi ini … banyak tanaman obat dijual di pasar ini,” katanya.
Perang dan blokade membuat banyak warga Yaman tak punya pilihan selain mendatangi pasar-pasar terkenal guna mencari cara alternatif untuk mengobati penyakit dan menyelamatkan nyawa mereka. Perang mulai berkecamuk di Yaman pada akhir 2014, ketika kelompok pemberontak al- Houthi dukungan Iran merebut sebagian besar wilayah utara negara tersebut dan memaksa pemerintah pimpinan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung Arab Saudi meninggalkan ibu kota Sanaa.
Perang yang telah berlangsung lima tahun itu memicu runtuhnya separuh lebih sistem kesehatan di negara tersebut, serta menyebabkan apa yang disebut oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Jutaan warga Yaman pun menjadi rentan terhadap berbagai epidemi mematikan yang merebak di seluruh penjuru negeri, termasuk kolera, malaria, difteri, dan kini virus corona baru.
Para pedagang di Pasar Almilh mengatakan orang-orang membanjiri tempat itu guna mencari tanaman obat dengan harga terjangkau. “Dahulu, banyak orang mengobati diri dengan rempah-rempah alami ini, dan kini lebih banyak orang beralih ke obat-obatan herbal alami ini akibat tingginya harga obat,” tutur Abdulaziz Lutf, seorang pedagang di pasar tersebut.
Para dokter menyalahkan perang dan blokade ekonomi yang masih berlangsung atas peningkatan harga obat. “Yaman mengimpor semua obat-obatan dari luar negeri dalam mata uang kuat (hard currency). Jadi penyebab kenaikan harga obat adalah merosotnya mata uang lokal terhadap mata uang kuat akibat perang,” kata Anas Abdullah, seorang dokter di Sanaa.
Dia memperingatkan bahwa beberapa ramuan rempah dapat membahayakan nyawa pasien. “Saat ini, beberapa orang tidak lagi mengonsumsi satu atau dua jenis rempah, melainkan ramuan berisi beragam jenis rempah yang dapat menyebabkan interaksi rempah yang berbahaya dan risiko kesehatan,” sebut dokter itu. (ant/xh/NE)