Indonesiainside.id, Jakarta – Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), membuka pendaftaran peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) tingkat doktoral. Para peserta PKU-DDII tingkat doktoral ini akan difasilitasi dan diarahkan mengambil kuliah S3 secara formal di kampus yang bekerja sama dengan DDII.
“Inilah salah satu contoh terobosan pendidikan tinggi ideal di era pandemi. Pendidikan ini tetap bertumpu pada model pendidikan Islam ideal, dengan penekanan pada adab atau akhlak mulia dan penguasaan ilmu yang mumpuni,” kata Ketua Umum Dewan Da’wah ustaz Adian Husaini di Depok, Rabu (28/7).
Guna mencapai hasil yang optimal, ujar Adian, maka para peserta PKU-DII wajib memiliki niat ikhlas dalam mencari ilmu. Tak hanya itu, peserta harus memperhatikan benar-benar adab dalam mencari ilmu agar meraih ilmu yang bermanfaat.
Salah satu rumusan terkenal pernah disampaikan oleh Imam asy-Syafii. Bahwa ada enam syarat untuk meraih ilmu, yaitu cerdas, haus ilmu, sabar, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama.
Karena pentingnya peran guru, ucapnya, maka dalam PKU-DDII akan disiapkan guru-guru (dosen-dosen) yang terbaik di bidangnya. “InsyaAllah, ini adalah Program Kaderisasi Ulama yang serius dan berkualitas tinggi,” ujarnya.
“Jadi, PKU-DDII tingkat doktoral ini bukan sekadar program kuliah untuk mencari gelar doktor. Bukan sekadar itu,” katanya menegaskan.
Cendikiawan muslim ini melanjutkan, para peserta PKU-DDII akan diberikan pembinaan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi ulama yang baik. Peserta PKU juga akan dibimbing untuk menghasilkan karya ilmiah (buku) yang menjadi karya terbesarnya (magnum opus).
Menurut Adian, uama yang baik adalah yang memenuhi syarat-syarat sebagai pelanjut perjuangan Rasulullah saw (waratsatul anbiya’). Sebab, ulama adalah pewaris para nabi.
Hadis ini memberikan isyarat bahwa di tengah umat Islam harus senantiasa ada ulama-ulama yang mampu memimpin umat dalam melanjutkan perjuangan para nabi. “Selain berilmu tinggi, mereka harus zuhud, juga hati dan pikiran mereka senantiasa bersama umat,” ujarnya.
Artinya, jelas Adian, keberadaan ulama dalam jumlah yang cukup merupakan kewajiban kolektif (kifayah) umat Islam. Karena itulah, sejak tahun 2006, DDII telah menyelenggarakan program Kaderisasi Seribu Ulama (PKSU) yang bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Program itu telah menghasilkan sekitar 70 Doktor dan 250-an master. Mereka telah berkiprah dalam berbagai bidang pendidikan dan dakwah di Indonesia.
Setelah sekian tahun berhenti, maka PKU-DDII dibuka kembali. “Kita tidak bisa berdiam diri. DDII sebagai satu lembaga dakwah warisan tokoh-tokoh dakwah di Indonesia berkewajiban mengambil langkah cepat untuk melahirkan ulama-ulama pewaris para nabi,” kata pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa Depok ini.
“Jadi, disamping DDII harus memperjuangkan lahirnya calon-calon penguasa (negarawan) yang baik, DDII juga harus berusaha melahirkan ulama-ulama yang baik,” ujarnya
Sebenarnya inilah yang sejak tahun 1967 sudah dikerjakan oleh Mohammad Natsir sebagai ketua DDII pertama. “Pak Natsir dan DDII telah mengirimkan ratusan kader-kader ulama ke Timur Tengah dan ke berbagai Perguruan Tinggi,” tuturnya.
Tradisi Panjang Kaderisasi Ulama
DDII telah memiliki tradisi kaderisasi ulama yang sangat panjang. Kepemimpinan DDII sekarang hanya melanjutkan para pendahulu di DDII. Maka, imbuhnya, diperlukan inovasi-inovasi baru dalam proses kaderisasi ulama di era disrupsi ini.
Kemudahan memperoleh informasi, menurut Ardian, harus didasari dengan adab yang kuat. Yakni, kemampuan dalam memilih dan memilah informasi, serta menggunakannya untuk kemaslahatan diri, keluarga, dan masyarakat.
“Salah satu keunikan PKU DDII adalah penekanannya kepada pembentukan pribadi ulama pejuang (dai) yang memiliki kepedulian dan kemampuan dakwah yang baik,” ungkap Ardian.
Karena itulah, disamping Kuliah S3 formal, dalam PKU-DDII kali ini, para mahasiswa akan dibekali dengan ilmu-ilmu dan ketrampilan penting yang diperlukan untuk mereka mampu menjadi ulama yang baik” jelasnya. (Aza)