JAKARTA – Sekolah Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School berhasil meraih 2 medali sekaligus pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2022. Pencapaian tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa mengingat perjuangan panjang yang sudah dilalui dan dua kali menelan kegagalan.
“Alhamdulillah akhirnya berhasil meraih medali juga di ajang OPSI, setelah mengalami dua kali kegagalan pada tahun-tahun sebelumnya dan ahirnya tahun ini terbayarkan semuanya,” kata Susanto selaku guru pembimbing penelitian jenjang SMA, dalam keterangannya, Selasa (29/11).
Dikatakannya, persaingan di ajang tersebut memang terbilang amat sangat sulit. Karenanya, Minggu terakhir dibulan November 2022 merupakan momen yang mendebarkan sekaligus membahagiakan bagi para saintis/peneliti muda Indonesia sebab para juara dari kegiatan OPSI 2022 diumumkan.
Melalui kanal Youtube-nya, PUSPRESNAS (Pusat Prestasi Nasional) pada hari Jumat 25 November kemarin secara resmi mengumumkan para jawara dan peraih medali dari kegiatan OPSI tersebut.
Dari kegiatan OPSI 2022 Sekolah Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School kembali berhasil mengukir prestasi yang gemilang di ajang OPSI tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI).
Sekolah Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School berhasil meraih 2 medali sekaligus pada ajang OPSI 2022. Satu medali perunggu yang berhasil dipersembahkan oleh team SMP melalui perwakilannya Ananda Satria Ali Hanafi dan Aufa Alif Al Aris (siswa kelas 9) melalui penelitian bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Linkungan dan satu medali perak untuk jenjang SMA melalui perwakilannya M. Yhandra Adityo dan Danish Rafi Akmadira (siswa kelas 12) lewat penelitian bidang Fisika Terapan dan Rekayasa.
M. Yhandra Adityo mengaku sempat pesimis akan meraih medali, apalagi setelah sesi persentasi, dimana mereka sempat kehabisan ide saat menjawab pertanyaan dari para dewan juri yang terdiri dari para pakar dan profesor yang tentunya sangat berkompeten dan ahli dibidang tersebut.
“Namun setelah pengumuman dan muncul nama mereka alhamdulillah sangat senang dan bahagia sekali, bahkan sempat lost control ekspresi saat mendengar nama kami diumumkan,” ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh perwakilan tim SMP, mereka sangat senang ketika berhasil meraih medali di ajang OPSI tahun ini.
“Sempat nggak nyangka kami bisa meraih medali, mengingat diawal-awal penelitian belum begitu maksimal, bahkan sempat mengalami kendala juga saat eksperimennya yang mana saat melakukan uji coba bahan eksperimennya sempat meledak meskipun kecil karena terlalu panas, namun alhamdulillah dipercobaan berikutnya bisa berhasil,” kata Aufa.
Adapun untuk fokus penelitian dari tim SMP Cahaya Rancamaya tentang pemanfaatan ban bekas untuk bahan tinta printer. Memang terlihat seperti sebuah penelitian yang sederhana, namun ternyata pada proses penelitian beberapa kendalapun muncul.
“Awalnya sangat yakin dan menyenangkan namun saat pengolahan justru kami bingung bagaimana memotong ban menjadi ukuran yang lebih kecil, kami sudah mencoba pakai gunting, pisau dapur yang besar, sampai pakai gergaji besi cuma sanggup motong sedikit,” kata Steviana Amalia Ratih selaku guru pembimbing Project Team SMP.
“Memang seharusnya pakai mesin pemotong ban tapi kami gak punya dan gak tau harus cari dimana. Akhirnya putar otak pakai ban dalam dan ternyata eksperimen tetap berhasil sesuai rencana awal,” tambahnya.
Mesti banyak tantangan yang harus dihadapi seperti siswa jadi beberapa kali pulang sore, latihan via zoom meeting di malam hari saat belajar mandiri namun hal itu terbayarkan dengan hasil yang didapatkan berupa medali perunggu dari ajang perlombaan tingkat nasional ini.
Sementara itu, Ari Rosandi, Direktur Pendidikan Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School meyakini bahwa kegiatan OPSI sangat sejalan dengan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan oleh Kemendikbud Ristek. Sesuai karakteristik yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka Belajar dimana pembelajaran berbasis proyek dimanfaatkan untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila yang menjadi tujuannya.
Dia juga menambahkan bahwa pembelajaran berbasis proyek menjadi bekal para siswa untuk dapat mengoptimalkan kemampuan mereka dalam berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), serta kreativitas (creativity) sebagai keterampilan yang dibutuhkan di abad 21.(Nto)