Oleh: Nurcholis |
Bantuan itu akan digunakan untuk mendukung Rohingya yang ditampung di Cox’s Bazar, Bangladesh, dan masyarakat setempat
Indonesiainside.id, Jakarta — Bantuan akan digunakan untuk para pengungsi Rohingya yang ditampung di Cox’s Bazar, kata kedutaan besar Jepang di Dhaka
Pemerintah Jepang akan memberikan bantuan sebesar USD32,5 juta untuk para pengungsi Rohingya di Bangladesh, kedutaan besarnya di Dhaka mengatakan pada Selasa dikutip Anadolu.
Bantuan itu akan digunakan untuk mendukung Rohingya yang ditampung di Cox’s Bazar, Bangladesh, dan masyarakat setempat, kata kedutaan Jepang di ibu kota Bangladesh dalam sebuah siaran pers.
Dia menambahkan bahwa keputusan itu diambil pada 7 Februari.
“Sejak gelombang besar pengungsi Rohngya menyerbu Bangladesh pada Agustus 2017, pemerintah Jepang telah memberikan sekitar USD50,2 juta kepada sejumlah organisasi internasional, di luar jumlah bantuan yang baru dijanjikan,” ungkap pernyataan itu.
Jepang akan memperluas bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Rohingya dan masyarakat setempat di Cox’s Bazar melalui pengelolaan lokasi kamp-kamp pengungsi, menyediakan makanan, tempat tinggal, layanan medis dan pelatihan.
Bantuan akan diberikan melalui lembaga internasional, seperti Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Dana Populasi PBB (UNFPA), Dana Darurat Anak Internasional PBB (UNICEF), Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan lain-lain.
Kelompok teraniaya
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan yang terus meningkat sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.
Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar.
Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan OIDA yang berjudul ‘Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira’.
Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.
PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, dan penculikan yang dilakukan oleh personil keamanan.
Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. (cak)