Oleh: Nurcholis |
Duta Besar AS untuk Australia yang baru mengungkapkan kekhawatirannya pinjaman Cina untuk negara-negara Pasifik
Indonesiainside.id, Jakarta — Di tengah perang dagang yang sedang berlangsung, Amerika Serikat menuding Cina menjalankan diplomasi “perangkap utang” di kawasan Pasifik, kutip Anadolu.
Tudingan itu disampaikan utusan AS untuk Australia yang baru terpilih, Arthur B Culvahouse Jr, usai upacara penyambutannya di Canberra.
Culvahouse mengkhawatirkan cara Cina meminjamkan uang kepada negara-negara Pasifik yang sedang berkembang.
“Saya pikir semua orang harus paham dengan bahaya pinjaman ini. Mulanya mungkin akan sangat membantu, tetapi Anda lebih baik memikirkan dampak jangka panjangnya,” jelas Culvahouse.
“Saya menyebutnya diplomasi perangkap utang,” kata dia lagi, seperti dilansir ABC News.
Sebelumnya, Wakil Presiden AS Mike Pence memperingatkan hal serupa ke negara-negara berkembang di kawasan Pasifik.
Menurut Culvahouse, saat ini negaranya sedang berfokus pada kawasan Indo-Pasifik, yang merupakan “mesin besar pertumbuhan ekonomi”.
Ketika Cina terus mendorong pembiayaan infrastruktur globalnya di seluruh dunia berkembang, tuduhan diplomasi utang terus muncul.
Setelah menjabat pada Mei 2018, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad menangguhkan sejumlah proyek infrastruktur yang didanai Cina, menyatakan bahwa negaranya tidak dapat mendukung tingkat hutang yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menuntut Cina untuk menerapkan kolonialisme versi baru.
Ethiopia juga mengalami kekhawatiran utang atas proyek-proyek buatan Cina: Pelunasan atas kereta api bernilai $ 4 miliar yang menghubungkan Ibu Kota Addis Ababa dengan negara tetangga, Djibouti, telah diperpanjang 20 tahun karena kekhawatiran akan kesulitan utang. Kekhawatiran akan pinjaman Tiongkok yang tidak berkelanjutan di Zambia membuat para kritikus menuduh bahwa Cina akan mengambil kendali atas aset negara utama karena hutang Zambia.
Baru-baru ini, pada bulan Oktober, Pakistan mencari bailout karena krisis neraca pembayarannya, sebagian berasal dari utangnya kepada Cina untuk proyek-proyek infrastruktur yang diasumsikan di bawah Koridor Ekonomi Cina-Pakistan senilai $ 62 miliar.(cak)