Oleh: Nurcholis
Indonesiainside.id, Dubai-Iran mengatakan pada Jumat bahwa seruan Prancis untuk membebaskan seorang antropolog keturunan Iran-Prancis merupakan campur tangan dalam urusan internalnya dan tidak akan membantu menyelesaikan isu tersebut, Kantor Berita IRNA melaporkan.
Kementerian Luar Negeri Prancis, Kamis, mendesak Iran membebaskan Fariba Adelkhah, peneliti senior di Universitas Sciences Po di Paris, yang ditahan atas tuduhan tak jelas awal tahun ini.
“(Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas) Mousavi menyebutkan bahwa intervensi Kementerian Luar Negeri Prancis dalam kasus warga negara Iran tidak relevan…, dan menambahkan: “Ini tidak hanya gagal membantu mengatasi isu tersebut, tetapi lebih memperumit proses hukum,” lapor IRNA.
Sejumlah aktivis HAM menuduh Iran menangkap sejumlah warga negara ganda yang berupaya memperoleh pengakuan dari negara lain – tuduhan yang kerap ditepis oleh Republik Islam.
Penangkapan Adelkhah terjadi ketika Prancis dan negara besar Eropa lainnya terjebak dalam kebuntuan internasional kesepakatan nuklir Teheran 2015, yang ditinggalkan AS tahun lalu.
Elit Pengawal Revolusi Iran (IRGC) menangkap puluhan warga negara ganda selama beberapa tahun belakangan, yang kebanyakan atas tuduhan spionase.
Fariba Adelkhah, seorang antropolog dan penulis beberapa buku tentang Iran, dilaporkan ditahan bulan Juli 2019 atas tuduhan yang tidak diketahui.
Penangkapan Adelkhah dilakukan di tengah upaya Perancis untuk mengurangi ketegangan antara Teheran dan Washington terkait kesepakatan nuklir 2015, yang dikeluarkan Amerika Serikat tahun lalu sambil memberlakukan kembali sanksi yang melumpuhkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang Amerika dan dua warga negara telah dipenjara di Iran atas tuduhan tuduhan spionase.
Otoritas Iran belum memberikan bukti kuat untuk mendukung klaim mereka.
Di antara mereka yang dipenjara adalah Xiyue Wang, seorang mahasiswa Universitas Princeton yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena spionase. Dia ditangkap pada Agustus 2016 saat melakukan penelitian untuk disertasinya tentang dinasti Qajar Iran. Wang dan pihak universitas membantah klaim tersebut. (CK)