Indonesiainside.id, Jakarta – Pemerintah Jerman, Rabu (16/10), menyeru dunia internasional untuk melakukan pertemuan menyikapi penolakan Shell membongkar beberapa anjungan pengeboran minyak atau rig yang sudah tidak dipakai lagi. Fasilitas rig itu disebut berisi ribuan minyak ton mentah, di Atlantik Timur Laut.
Stephan Gabriel Haufe, juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup Jerman mengatakan kepada wartawan, Komisi OSPAR – yang mengawasi perjanjian untuk melindungi Atlantik Timur Laut – akan melangsungkan pertemuan khusus yang tidak pernah dilakukan sebelumnya untuk membahas isu-isu itu di London pada Jumat (18/10), kutip VOA.
Dijelaskan, empat anjungan yang dikenal sebagai Brent Alpha, Bravo, Charlie dan Delta, mengandung sekitar 11.000 metrik ton – atau sekitar 12.125 ton) residu minyak mentah.
“Jerman menilai sangat tidak dapat diterima bahwa jumlah minyak mentah ini tetap ada dalam bangunan itu,” ujar Haufe.
Jerman mengaku risau dengan terulangnya insiden Brent Spar pada 1995. Ketika itu rencana Shell untuk membuang unit penyimpanan minyak terapung di laut memicu protes lingkungan yang massif dan bahkan aksi kekerasan.
Sementara Shell menolak keprihatinan pemerintah Jerman dengan mengatakan, pihaknya telah menugaskan sejumlah ilmuwan independen untuk mengkaji penonaktifan anjungan di ladang minyak Brent dan perusahaan itu telah melakukan konsultasi dengan para ahli dan organisasi non-pemerintah.
“Kami yakin rencana ini aman, berwawasan lingkungan, dapat dicapai secara teknis dan bertanggungjawab secara sosial,” demikian petikan pernyataan Shell.
Pertemuan di London akan dihadiri oleh negara-negara Eropa yang berdekatan dengan Atlantik Timur Laut dan perwakilan industri. Jerman mengatakan telah mendapat dukungan dari Belgia, Belanda, Swedia, Luksemburg, dan Uni Eropa. (EP/Voa)