Indonesiainside.id, Beirut-Kedutaan Arab Saudi di Beirut hari Sabtu telah mengkonfirmasi bahwa mereka memfasilitasi evakuasi 300 warganya dari Lebanon, yang sebagian besar adalah turis, di tengah maraknya protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung di seluruh negeri, menurut Kedutaan Saudi di Beirut.
“Operasi evakuasi, yang dipaksakan oleh situasi keamanan di Lebanon dan pentingnya memastikan keselamatan warga negara Saudi, mulai Sabtu pukul 5 pagi setelah Kerajaan mengamankan tiga pesawat Saudia untuk mengangkut mereka,” kata kedutaan itu seperti dikutip Arab News.
“Tiga ratus orang diungsikan pada Sabtu sore, sementara jumlah total mereka yang ingin meninggalkan tempat itu masih belum jelas. Kami telah mengidentifikasi sebuah hotel di Beirut sebagai titik awal. ”
Kedutaan Saudi menambahkan bahwa para pengungsi, yang sebagian besar adalah turis, telah dibawa menuju Bandara Internasional Rafik Hariri Beirut oleh pasukan keamanan Lebanon.
Demonstrasi dimulai pada hari Kamis, sebagian dipicu usulan pajak baru, termasuk biaya penggunaan aplikasi WhatsApp. Aksi unjuk kali ini ketegori terbesar dalam beberapa tahun terakhir, mengancam tergulingnya pemerintahan koalisi yang rapuh dibawah Perdana Menteri Saad Hariri.
Para pengunjuk rasa menuntut perbaikan sistem politik Lebanon, termasuk keluhan mulai dari langkah-langkah penghematan hingga infrastruktur yang buruk.
Pasukan keamanan hari Jumat telah menembakkan peluru karet dan gas air mata pada pengunjuk rasa di pusat kota Beirut, media Lebanon melaporkan lebih dari 70 orang telah ditangkap.
Aktivis yang meminta namanya tak disebutkan mengatakan, sejauh ini 300 orang telah ditangkap.
Pada hari Sabtu jumlah pemrotes di Beirut telah mencapai empat kali lipat, menurut reporter The New Arab di lapangan.
Beberapa negara Arab telah mengeluarkan travel advisory (himbauan perjalanan) kepada warga mereka setelah pecahnya unjuk rasa di Lebanon, termasuk Bahrain dan UEA, yang telah memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan ke Lebanon dan meminta warga mereka di negara itu untuk segera pergi.
Kedutaan Kuwait di Lebanon pada hari Jumat mendesak warga negara Teluk untuk menunda perjalanan ke Lebanon melalui Twitter, sementara Mesir mendesak warganya di negara itu untuk menghindari demonstrasi.
Ribuan orang hari Jumat turun ke jalan-jalan di penjuru kota di Lebanon untuk melampiaskan kemarahan pada para politisi yang dituduh korup dan salah mengurus negara sehingga menyebabkan ekonomi negara itu menghadapi masalah serius.
Unjuk rasa bermula menyusul pengumuman pemerintah yang ingin menerapkan pajak baru, termasuk pajak sebesar Rp 30.000 untuk penggunaan aplikasi pengiriman pesan di internet, termasuk WhatsApp. Selain usulan pengenaan pajak untuk penggunaan internet, pemerintah Lebanon juga akan meningkatkan pajak untuk rokok dan BBM.
Protes secara cepat menyebar menjadi demonstrasi lebih besar, bahkan menjadi yang terbesar sejak krisis sampah tahun 2015 dengan ribuan orang melakukan unjuk rasa di seluruh negeri.
Pengunjuk rasa meneriakkan kata-kata dan slogan pedas misalnya; “revolusi” dan “maling”, merujuk koruptor yang merajalela di negeri yang memiliki salah satu hutang terbesar di dunia. (CK)