Indonesiainside.id, Jakarta – Peneliti ekonomi dari Universitas Nasional Australia, Adam Triggs, memprediksi pada 2020, Asia akan menghadapi lingkungan eksternal yang paling menantang sejak akhir Perang Dunia II. Tantangan tersebut, menurut Triggs, berkaitan dengan kemampuan negara-negara Asia dalam menaikkan standar kehidupan dan mengurangi kemiskinan.
“Begitu juga soal perdagangan, integrasi finansial, dan koperasi global yang sedang diserang,” kata Triggs saat ditemui dalam panel diskusi di Jakarta, Selasa (29/10).
Triggs mengungkapkan, ekonomi-ekonomi Asia tidak bisa bergantung pada negara-negara lainnya untuk menyelesaikan tantangan tersebut. Solusi-solusi yang ditawarkan oleh negara pemegang kekuasaan terbesar di dunia juga tidak lagi berpihak pada Asia.
“Ekonomi-ekonomi di Asia harus menunjukkan kepemimpinan,” ucapnya.
Dia mengingatkan, sesama negara Asia harus melakukan peningkatan, bekerja sama, dan berhubungan dengan negara lain untuk mampu menghadapi tantangan-tantangan ke depan. Dia menilai Perjanjian Amerika Serikat dan Cina akan menjadi suatu preseden yang negatif, karena perang dagang keduanya telah melemahkan pertumbuhan global.
Sebagai informasi, IMF mengestimasi perang dagang mampu menyebabkan penurunan pertumbuhan PDB hingga 1 persen pada 2019. Pada nyatanya, hal itu tidak sebanding dengan kerugian yang telah disebabkan karena ketidakpastian perang dagang. “Ini telah menyebabkan penurunan dalam pertumbuhan perdagangan, di mana pertumbuhan turun lebih dari setengahnya dari 4,6 ke 2,6 persen,” ujar Triggs.
Dia menuturkan, salah satu akar dari terjadinya perang dagang adalah kegagalan domestik, yaitu kegagalan untuk mendistribusikan pendapatan/perolehan perdagangan secara merata.
“Mereka gagal untuk menghadapi isu-isu seperti subsidi, badan-badan usaha milik negara, arus data lintas batas, teknologi, hak kekayaan properti, jasa, dan banyak lagi yang meningkatkan tensi perang dagang,” ucap Triggs.
Triggs juga memberikan saran kepada negara-negara Asia, khususnya Indonesia secara regional, bahwa ekonomi Asia harus mendukung the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Tujuan dari RCEP bukan hanya akan mendorong pertumbuhan di kawasan negara tersebut, namun juga meningkatkan kepercayaan dengan mengirim sinyal positif bawa Asia tetap berkomitmen untuk reformasi perdagangan dan keterbukaan, melalui kerja sama dan keterbukaan regionalisme. (AIJ)