Indonesiainside.id, Canberra – Isu retaknya badan pesawat produksi pabrikan Amerika Boeing juga mendera maskapai penerbangan nasional Australia Qantas. Mereka menyatakan telah menemukan adanya keretakan di tiga pesawat jenis Boeing 737 yang mereka operasikan.
Pesawat ini dioperasikan juga untuk beberapa rute luar negeri termasuk ke Indonesia. Pengumuman ini disampaikan Qantas menyusul cekcok pihak manajemen dengan serikat buruh penerbangan, yang menyerukan agar Qantas mengandangkan seluruh armada Boeing 737 miliknya, kutip media Asutralia ABC News, Jumat(1/11).
Flying Kangaroo, julukan maskapai ini, menjelaskan, “Dari 33 pesawat 737 milik Qantas yang harus diperiksa, tiga di antaranya ditemukan memiliki keretakan setipis rambut dalam struktur pickle fork pesawat.”
“Pesawat-pesawat ini telah ditarik dari layanan untuk mendapatkan perbaikan, Pickle fork pada struktur pesawat berfungsi untuk memperkuat hubungan antara bagian sayap dan bagian badan pesawat,” ungkapnya.
Qantas pada hari Rabu (30/10/2019) menyatakan pihaknya segera memulai inspeksi pada setengah dari armada Boeing 737 miliknya setelah ditemukan satu keretakan selama pemeliharaan rutin.
Kepala bagian teknik Qantas, Chris Snook, menjelaskan perbaikan ini akan kompleks. “Kami mengganti pickle fork lama dengan pickle fork baru,” jelasnya.
Paling tidak, pesawat itu akan dikandangkan selama sebulan dan tentu saja ini merugikan maskapai. “Pihak Boeing sendiri telah melakukan ujicoba skema perbaikan di California,” kata Snook.
Ketika retakan ini pertama kali ditemukan, bos Asosiasi Insinyur Pesawat Terbang Australia (ALAEA) Steven Purvinas, menyatakan setiap pesawat yang belum diperiksa seharusnya tak boleh terbang.
“Perlu 11 hari untuk melakukan membongkar dan memasang pickle fork itu, tapi keseluruhan prosesnya butuh waktu sekitar satu bulan,” katanya.

Boeing 737 milik Qantas dioperasikan pada banyak rute domestik dan beberapa yang keluar negeri seperti ke Selandia Baru, Indonesia dan Fiji.
CEO Qantas Domestic Andrew David menyebut seruan untuk menghentikan seluruh armada Boeing 737 itu tidak bertanggung jawab.
“Kami tidak akan pernah menerbangkan pesawat yang tidak aman. Meskipun keretakan setipis rambut ditemukan namun ini bukan risiko langsung. Hal itu jelas karena pengecekan tidak diperlukan pada pesawat itu setidaknya selama tujuh bulan,” jelas David.
Debbie Slade dari bagian keselamatan pesawat Qantas mengatakan bisa memahami apabila keretakan ini akan menimbulkan kekhawatiran penumpang.
Dia mengatakan Boeing telah meyakinkan Qantas bahwa pesawat ini aman diterbangkan hingga 1.000 siklus berikutnya, bahkan jika ada keretakan di salah satu komponen.
Awal bulan ini, Otoritas Penerbangan Federal AS memerintahkan inspeksi terhadap seluruh pesawat Boeing 737 NG di atas 30.000 jam terbang.
Qantas mengatakan tidak satu pun dari pesawat miliknya yang menyelesaikan jam terbang sebanyak itu, namun telah memeriksa 33 Boeing 737 miliknya. Boeing sebelumnya mengatakan keretakan itu ditemukan pada puluhan pesawat jenis ini di seluruh dunia dan telah dikandangkan untuk diperbaiki. (EP)