Indonesiainside.id, Ankara – Menurut survei baru yang dilakukan oleh beberapa lembaga internasional, peringkat popularitas Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, jatuh ke level terendah sejak Oktober 2018. Temuan perusahaan survei, Pollster Metropoll, juga menunjukkan bahwa persetujuan publik untuk pemimpin Turki telah turun hampir 2 poin sejak Desember 2019. Dari 43,7% menjadi 41,9% pada Januari 2020.
Dilansir dari Arab News, para ahli percaya alasan utama yang melatarbelakangi berkurangnya dukungan untuk Erdogan adalah karena otoritarianisme dan perebutan kekuasaan. Dimana kedua hal itu menjadi perusak bagi institusi demokrasi negara Turki.
Berk Esen, seorang akademisi hubungan internasional Universitas Bilkent Turki, menyatakan pengurangan kepercayaan pemilih pada Erdogan karena keadaan ekonomi yang menurun dan krisis lain di dalam maupun luar negeri. Selama dua tahun terakhir, mata uang Turki, Lira, melemah 36% dan investasi negara itu juga jatuh karena intervensi geopolitik.
“Meskipun partai yang berkuasa di masa lalu memilih krisis politisasi untuk memobilisasi pendukung melawan oposisi, partai yang berkuasa nampaknya tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengatasi,” ucap Esen kepada Arab News, Sabtu (8/2).
Lebih lanjut, Esen menjelaskan, banyak pemilih di Turki merasa bahwa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang saat ini berkuasa tidak dapat menangani gempa bumi yang baru terjadi di sebelah timur Provinsi Elazig. Selain itu, Esen juga mengkhawatirkan keterlibatan militer Turki di Suriah akan menyebabkan krisis ekonomi karena tidak adanya pencapaian yang nyata.
“Ditambah dengan meningkatnya sentimen kronisme dan korupsi yang melibatkan partai penguasa. Masalah ini telah menguras dukungan AKP,” ujarnya.
Sementara survei lain yang dilakukan oleh CHP Turki (Partai Rakyat Republik), mengatakan bahwa 40% pemilih Erdogan merasa sistem presidensial negara itu perlu diubah. Lalu ada sekitar 54% pendukung Partai Gerakan Nasionalis (MHP), yang merupakan sekutu AKP, juga menuntut sistem perubahan.(PS)