Indonesiainside.id, PBB-Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Jumat (28/2) memperingatkan bahwa sifat konflik Suriah telah berubah. Pernyataan ini disampaikan Antonio Guteres dalam pertemuan darurat dengan 7 negara membahas Suriah.
Dalam sebuah pertemuan darurat soal Suriah yang diselenggarakan atas permintaan Belgia, Prancis, Jerman, Estonia, Inggris, Amerika Serikat, dan Republik Dominika, Sekjen PBB menyatakan keprihatinan mendalam atas perubahan sifat konflik di Idlib. Menurutnya, situasi kemanusiaan yang mengguncangkan di kawasan tersebut terjadi setelah serangan militer terbaru pihak Suriah yang membawa korban tentara Turki.
“Namun, di luar situasi kemanusiaan yang mengguncangkan tersebut, saya kira penting untuk mengetahui bahwa sifat konflik ini telah berubah. Dan kita melihat adanya eskalasi yang signifikan dalam beberapa hari terakhir,” imbuh Guterres.
Guterres tak lupa mendesak pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan risiko eskalasi militer di Suriah barat laut dapat menjadi tidak terkendali. Ia juga mendesak semua pihak mempertimbangan volume pasukan di Idlib.
“Sejauh informasi yang saya dapatkan, tanpa menemukan solusi. Saya kira semua ini menciptakan lingkungan yang menyebabkan risiko eskalasi militer menjadi semakin tidak terkendali, mempertimbangkan volume pasukan yang berada di Idlib dan sekitarnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dianggap sepele,” kata Guterres.
Dewan Keamanan PBB mendesak diselenggarakannya pertemuan darurat pada hari Jumat (28/2) untuk membahas eskalasi konflik di kawasan Idlib, Suriah. Kawasan ini menjadi benteng utama terakhir bagi kelompok oposisi di negara yang dilanda konflik tersebut.
Sebelumnya, sebuah serangan udara menewaskan 33 tentara Turki pada Kamis (27/2) di Provinsi Idlib, Suriah barat laut. Peristiwa ini meningkatkan ketegangan antara Turki yang mendukung kelompok oposisi dan Rusia yang merupakan sekutu pemerintah Suriah. (Cha/Ant/xh)