Indonesiainside.id, Jakarta – Politisi populis Eropa berusaha menggunakan krisis kesehatan, virus corona, untuk melayani tujuan politik mereka ketika virus tersebut mulai menyebar di Eropa. Matteo Salvini, Mantan Menteri Dalam Negeri Italia dan pemimpin partai sayap kanan, mengatakan epidemi tersebut memberikan kesempatan untuk membujuk orang Italia bahwa pemerintah pro-Eropa dianggap gagal.
“Jika Conte (Perdana Menteri Italia) tidak mampu membela Italia, maka dia harus mundur,” kata Salvini, pada akhir Februari.
“Infeksinya menyebar. Saya ingin tahu apa yang sudah dilakukan pemerintah. Kita harus menutup perbatasan kita sekarang,” tambahnya dilansir dari Al-Jazeera, Rabu (4/3).
Jumlah angka yang terkonfirmasi virus corona di Italia pada Selasa, telah melampaui Iran dengan angka kematian tertinggi di luar Cina. Selain politisasi isu virus corona, sentimen anti-Cina juga telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk kawasan Eropa.
Salvini juga mengklaim atas kekhawatirannya terhadap para pencari suaka dari Afrika yang tiba di Italia, tepatnya dari negara Libya. Menurutnya, Pemerintah Italia mengizinkan migran-migran tersebut mendarat di Italia merupakan kebijakan yang tidak bertanggungjawab.
Pada saat itu, Mesir adalah satu-satunya negara di Afrika yang melaporkan satu kasus terkonfirmasi. Sejak itu, beberapa kasus telah muncul di seluruh benua dan negara.
Sedangkan di Prancis, pemimpin Nasional Rassemblement sayap kanan (National Rally), Marine Le Pen, mengkritik Pemerintah Prancis yang dipimpin oleh Presiden Emmanuel Macron. Pen menyalahkan pemerintah karena telah mengizinkan penggemar sepak bola Italia menghadiri pertandingan di Lyon pekan lalu, ditengah situasi penyebaran virus yang mulai meningkat di Eropa.
Partai-partai sayap kanan di Jerman dan Spanyol menyerukan penangguhan visa Shengen, yang berdampak pada perjalanan bebas paspor di antara 26 negara anggota di Uni Eropa. Mereka mengkritik para pemimpin Eropa karena memprioritaskan keuntungan atas kesehatan warga negara. (CK)