Indonesiainside.id, Baghdad – AS mengklaim bahwa pemboman yang dilakukan di milisi Syiah Kata’eb Hezbollah di Irak menewaskan dua tentara Irak. Sebelumnya, pesawat AS membom lima target milisi Syiah di Irak sebagai pembalasan atas kematian dua anggota AS dan seorang perawat Inggris dalam serangan roket di Kamp Taji dekat Baghdad.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pertahanan AS membenarkan dalam sebuah pernyataan. Mereka menyatakan bahwa sebelum bom itu, AS melakukan serangan presisi terhadap fasilitas Kata’ib Hizbollah (KH) di seluruh Irak.
“Serangan ini menargetkan lima fasilitas penyimpanan senjata yang secara signifikan menurunkan kemampuan mereka untuk melakukan serangan di masa depan terhadap pasukan koalisi Operation Inherent Resolve (OIR),” tulis pernyataan itu dilansir dari RT USA News, Kamis (12/3).
AS menyebut serangan itu bersifat defensif dan proporsional sesuai batasannya. Dalam penyerangan itu, AS beralasan sebagai respon atas ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok milisi Syiah yang didukung Iran.
Sebelumnya, AS menyalahkan milisi Syiah Irak yang didukung Iran atas serangan roket pada hari Rabu, yang menewaskan tiga orang dan melukai 14 pasukan AS. Sel Keamanan Irak, yang berafiliasi dengan militer, telah mengkonfirmasi bahwa serangan itu menargetkan markas dan gudang Pasukan Mobilisasi Populer (PMF). Bahkan ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa di antara mereka adalah Jenderal Siam dan Mashhadani dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Sebanyak 18 roket menghantam Kamp Taji pada hari Rabu, menewaskan dua tentara AS yang tidak disebut namanyadan satu perawat tentara Inggris. Pangkalan itu terletak 27 km utara Baghdad, yang digunakan oleh koalisi AS untuk melatih pasukan keamanan Irak.
Pasukan Mobilisasi Rakyat (PMF), dibentuk oleh pemerintah Irak pada 15 Juni 2014 setelah ulama Syiah Irak terkemuka Ali al-Sistani, dan telah secara resmi diakui sebagai bagian darinya sejak Maret 2018. AS menganggap mereka sebagai proksi Iran, karena mereka telah menerima dukungan militer dan keuangan dari Iran selama perjuangan melawan ISIS.
PMF juga disalahkan atas serangan terhadap pangkalan K-1 di luar Kirkuk pada bulan Desember, yang menewaskan satu kontraktor militer AS. Serangan itu memicu eskalasi dengan AS yang juga meluncurkan serangan balasan. (CK)