Indonesiainside.id, Roma – Air Mancur Trevi, sebuah air mancur gaya Barok terbesar di ibu kota Italia, Roma, yang juga merupakan salah satu air mancur paling terkenal di dunia, pada Selasa (10/3) ditutup. Langkah ini sebagai bagian dari upaya lebih luas yang dilakukan Italia demi membatasi penyebaran coronavirus baru, yang telah merenggut nyawa 827 orang di negara tersebut.
Muncul dalam beberapa film terkenal seperti “Roman Holiday” dan “The Sweet Life”, air mancur yang terletak di jantung Kota Roma tersebut tidak hanya menjadi tengara ikonis, namun juga melambangkan kedinamisan sejarah ibu kota Italia itu.
Penutupannya, yang dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah untuk menghindari kerumunan orang, membuat sebagian warga Italia kehilangan semangat meski dapat menoleransi.
“Saya mendengar mengenai isolasi total itu dan saya tahu kalau sedang ada krisis, tetapi yang membuat saya benar-benar terpukul adalah bahwa saya bahkan tidak dapat melihat Air Mancur Trevi,” ungkap Stefania Risi (39), seorang akuntan asal Bergamo, Italia utara, mengutip Xinhua, Jumat(13/3).
Risi kini terjebak di Roma karena pemerintah Italia memberlakukan isolasi berskala nasional sejak Selasa. Isolasi itu menyebabkan warga seperti Risi wajib mengajukan izin khusus untuk bepergian di dalam negeri.
“Saya pikir mungkin saya dapat memanfaatkannya dan berjalan-jalan,” kata Risi dalam perjalanannya kembali menuju rumah saudara perempuannya. “Tentu saja saya akan menjauhi kerumunan orang dan mencuci tangan dan melakukan semua hal yang disarankan pihak berwenang. Tapi saya bahkan tidak bisa melakukannya (berjalan-jalan),” lanjutnya.
Italia memutuskan untuk mengisolasi seantero negeri hingga 3 April mendatang, membatasi pergerakan warga, menutup sekolah, museum, dan melarang perhelatan olahraga, konser, dan bioskop.
Pihak otoritas mendorong warga untuk tetap berada di rumah. Bisnis-bisnis penting seperti pasar swalayan dan apotek tetap beroperasi namun membatasi akses guna menjaga kerumunan warga tetap kecil.
Sembari meminta masyarakat untuk tidak panik, otoritas Italia juga menjelaskan bahwa langkah membatasi pergerakan warga merupakan hal yang patut disayangkan tetapi perlu demi membatasi penyebaran coronavirus baru.
Total kasus infeksi coronavirus baru yang tercatat di Italia mencapai 10.590 kasus hingga Rabu (11/3), meningkat dari 8.514 kasus pada hari sebelumnya, demikian dinyatakan oleh Departemen Perlindungan Sipil Italia.
Jumlah itu menjadikan Italia sebagai negara yang terdampak paling parah oleh coronavirusbaru di luar Cina.
“Semua orang merasa tertekan dan cemas akibat perubahan situasi yang cepat dan dramatis ini,” kata Alessandro Amadori, psikolog sekaligus wakil presiden dan kepala penelitian kuantitatif di Institut Piepoli, sebuah organisasi penelitian opini, dalam sebuah wawancara. “Namun, dari perspektif psikologi, ketakutan terhadap coronavirusmalah menciptakan penyakit kedua yang setidaknya memiliki efek merusak serupa dengan virus itu sendiri, yakni ketidakpastian ekonomi,” tambahnya.
Para ekonom mengungkapkan masih terlalu dini untuk memprediksi dampak penuh dari penyebaran virus itu terhadap perekonomian Italia. Namun, dampak itu akan signifikan.
Bursa Efek Italia kehilangan valuasinya hampir 15 persen dalam dua sesi pertama pada pekan ini dan perlambatan ekonomi yang memicu aksi jual besar-besaran tersebut menimbulkan ketidakpastian terhadap nasib banyak dari 6,2 juta perusahaan di Italia. Sebagian besar dari perusahaan tersebut memiliki jumlah karyawan kurang dari enam orang.
“Ketika terjadi krisis yang berkepanjangan, perusahaan-perusahaan (yang lebih kecil) tersebut akan lebih menderita dibandingkan perusahaan yang lebih besar,” papar Alessandro Poll, profesor statistik ekonomi di Universitas Sapienza di Roma.
“Jika krisis coronavirus baru berlangsung hingga dua atau tiga bulan atau bahkan lebih lama lagi, saya khawatir banyak perusahaan yang lebih kecil tersebut akan pincang atau gulung tikar,” imbuhnya. (EP/xh)