Indonesiainside.id, Jakarta – Beberapa negara di Uni Eropa mulai mencabut lockdown atau penguncian di wilayah mereka. Jerman, Denmark, Republik Ceko, dan Norwegia, mulai mencabut beberapa penguncian di negaranya mulai Senin (20/4).
Dilansir dari laman BBC News, namun ternyata, langkah-langkah pencabutan kuncian itu sama sekali tidak berkoordinasi dengan negara-negara Uni Eropa yang masih menerapkan penguncian. Bahkan, di beberapa wilayah yang masih dalam satu negara, koordinasi itu juga tidak berjalan.
Terdapat 27 negara anggota Uni Eropa, dimana mereka otomatis memiliki 27 sistem perawatan kesehatan yang berbeda, 27 tingkat infeksi yang berbeda, dan 27 prioritas yang berbeda. Contohnya di Italia. Wilayah utara Italia, Lombardy, yang juga menjadi wilayah yang paling parah terinfeksi Covid-19, menolak untuk dibukanya kembali toko-toko yang tidak penting.
Sementara itu, Veneto, wilayah yang bertetangga dengan Lombardy, menyambut kesempatan tersebut. Terdapat perbedaan perdapat dalam pemerintahan daerah di Italia.
Di Austria, Konselor Austria, Sebastian Kurz, mulai mempromosikan staycation, dimana memungkinkan orang-orang tetap di rumah selama liburan. Tetapi kemudian Menteri Pariwisata, Elisabeth Köstinger, mempromosikan gagasan dari perjanjian bilateral antara negara-negara Eropa untuk membuka perbatasan selama musim panas.
Di Denmark, pemerintah resmi membuka kembali sekolah dasar. Sedangkan di Spanyol, anak-anak tidak diizinkan keluar rumah selama lima minggu kedepan terhitung mulai minggu ini.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, mempunyai caranya tersendiri. Cara yang dipilihnya agar menyelamatkan ekonomi negaranya dengan tidak mengorbankan keselamatan warganya adalah dengan cara tetap melakukan pengujian tes Covid-19 secara luas. Setelah pengujian, mereka akan melacak dan mengkarantina siapapun yang telah melakukan kontak dengan orang yang baru terinfeksi Covid-19.
Para pemimpin Uni Eropa seperti sedang dirundung dengan sebuah dilema. Mereka ingin memutuskan kesehatan nasional di negara masing-masing dan mengontrol perbatasan. Pada saat yang sama, mereka dengan cepat menyalahkan ‘Uni Eropa’ karena tidak menunjukkan solidaritas yang memadai dalam penanganan krisis epidemi ini. Presiden Prancis dan perdana menteri Spanyol, Italia, dan Portugal memperingatkan bahwa masa depan Uni Eropa dalam bahaya. (CK)