Indonesiainside.id, Jeddah–Mantan Kepala intelijen Arab Saudi mengatakan bahwa pembunuhan Raja Saudi, Raja Faisal, adalah tindakan balas dendam individu tanpa keterlibatan orang asing. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan di Saluran Saudi Rotana Khalijia, Pangeran Turki Al Faisal mengatakan dia ditugaskan oleh mantan Raja Khalid untuk memimpin penyelidikan atas pembunuhan itu.
Al Faisal mengatakan bahwa dia melakukan kontak dengan semua sumber yang ada pada saat itu, baik secara internal dan eksternal. Dia mengatakan penyelidikan berlanjut selama dua bulan.
“Menyimpulkan bahwa pembunuhan Raja Faisal adalah tindakan individu dan tidak ada pihak asing yang memiliki keterkaitan dengan pembunuhan itu,” katanya, seperti dikutip laman Saudi Gazette.
Raja Faisal ditembak mati oleh keponakannya, Pangeran Faisal bin Musaid pada tanggal 25 Maret 1975. Pembunuhan terjadi ketika dia sedang dalam pertemuan dengan delegasi Kuwait di Riyadh, ibu kota Kerajaan Saudi.
Mantan kepala intelijen itu mengkonfirmasi bahwa motif di balik pembunuhan itu termasuk kemauan pribadi maupun kemauan Raja Faisal. Dia juga mengatakan bahwa Raja Faisal berhasil membujuk beberapa tokoh oposisi Saudi yang tinggal di luar negeri untuk kembali ke Saudi.
Berbicara tentang masalah lain, dia mengatakan ada kerja sama Arab Saudi, Amerika, dan Pakistan untuk mendukung para pejuang Mujahidin melawan invasi Uni Soviet di Afghanistan pada tahun 80-an. Dia menambahkan juga bahwa ada tawaran dari Sudan untuk mengekstradisi Osama bin Laden, mantan pemipin kelompok Al-Qaeda.
“Pada 1995, mantan Presiden Sudan Omar Bashir menawarkan untuk menyerahkan Bin Laden ke Saudi dengan syarat bahwa dia tidak akan dituntut, tetapi Saudi menolaknya,” katanya.
“Setelah itu saya pergi, membawa surat dari Putra Mahkota Abdullah ke Mullah Omar, penguasa Afghanistan, untuk mengekstradisi Bin Laden dan mengadilinya di Riyadh tetapi itu tidak terjadi,” tambahnya. Dia juga membantah keterlibatan intelijen Saudi dan Amerika dalam membentuk al-Qaeda. (CK)