Indonesiainside.id, London – Pandemi virus SARS-Cov-2 tidak memberikan banyak pilihan kepada sektor institusi pendidikan selain untuk beralih ke sistem belajar daring.
Koresponden Indonesiainside.id, Rafkha Gibrani melaporkan, satu dari banyak universitas di Inggris, Sussex University misalnya. Universitas yang terletak di Kota Brighton ini mengalihkan sistem belajar mengajar ke sistem online sejak awal Maret lalu sejak wabah Covid-19 menyerang Inggris.
Peralihan sistem belajar ini membawa dampak negatif bagi sejumlah pelajar di Sussex University, terutama bagi pelajar Internasional yang memutuskan untuk kembali ke negara mereka terkait wabah Covid-19.
Banyaknya sumber materi pembelajaran yang tidak dapat diakses di negara tertentu hingga platform untuk kelas daring yang dipakai oleh beberapa jurusan. Media pembelajaran seperti Zoom jadi masalah, karena tidak dapat diakses dari negara tertentu akibat pemblokiran.
Selain itu, pihak universitas juga memastikan tidak ada pemotongan biaya sekolah terkait wabah Covid-19 yang melanda Inggris. Menurut pihak universitas, mahasiswa tetap mendapatkan standar pendidikan yang tinggi. Hanya sistem belajarnya saja yang beralih ke sistem belajar daring.
Pernyataan dari pihak universitas ini kemudian mendapat protes dari banyak mahasiswa. Mahasiswa internasional mengumpulkan suara dari mahasiswa yang terkena dampak Covid-19.
Rachel Nielsen, mahasiswa Indonesia yang turut serta dalam menginisiasi protes ini mengatakan, sikap itu akan dilakukan dengan mengirim surat terbuka kepada petinggi Sussex University.
“Kami akan mewakili suara teman-teman mahasiswa internasional dan mengirim surat kepada wakil rektor pendidikan Sussex University”, terang Rachel.
Menurut dia, pihak universitas tidak cukup adil dalam menangani masalah ini. “Aku rasa, nggak ada yang siap menghadapi krisis ini, pihak universitas terlalu menyamaratakan mahasiswa internasional dengan mahasiswa lokal terkait masalah ini”, katanya.
Selain itu, dia mengakui banyak mahasiswa yang pulang ke negara masing-masing dan tidak bisa mengakses sumber pembelajaran karena diblokir di negara mereka. Rachel mengatakan, standar kualitas pendidikan yang tinggi tidak bisa disamakan pada setiap jurusan, karena banyak jurusan yang harus belajar secara praktek.
“Tidak semua jurusan sama cara belajarnya, karena ada juga yang harus belajar secara praktik, seperti drama, medical, dan film”, katanya.
Selain mahasiswa Internasional, mahasiswa lokal juga membantu memberikan suara dalam surat terbuka ini sebagai bentuk solidaritas. Rachel menegaskan bahwa lebih banyak beban yang harus ditanggung oleh mahasiswa internasional karena harus menghadapi ketidakstabilan ekonomi. (Aza)