Indonesiainside.id, Ankara – Turki menuduh Uni Emirat Arab (UEA) membawa kekacauan ke Timur Tengah melalui intervensi di Libya dan Yaman. Pernyataan ini menambah panjang deretan perang kata-kata antara kedua negara yang kemungkinan akan mengobarkan ketegangan.
Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, menanggapi kritik terhadap peran Turki dalam konflik Libya, Selasa (12/5). Kritik yang dideklarasikan oleh Siprus, Mesir, Prancis, Yunani, dan UEA itu, menggambarkan bahwa aktivitas militer Turki di Laut Mediterania timur dan Libya sebagai upaya menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan regional.
Pada awal tahun, Turki mengerahkan personel militer ke Libya, dan membantu mengirim pejuang Suriah untuk mendukung pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli. Sementara lima negara yang mendeklarasikan kritik kepada Turki tersebut, mendukung pasukan komandan Khalifa Haftar untuk merebut ibu kota Libya.
Cavusoglu mengatakan kepada media Turki, Akit TV, bahwa UEA bersama dengan Mesir dan negara-negara lainnya, berusaha untuk membuat seluruh kawasan itu tidak stabil.
“Jika Anda bertanya siapa yang membuat kestabilan wilayah ini, siapa yang membawa kekacauan, maka kami akan mengatakan Abu Dhabi tanpa ragu-ragu,” katanya. “Adalah kenyataan bahwa mereka adalah kekuatan yang membuat Libya gelisah dan menghancurkan Yaman.”
Hubungan antara Turki dan UEA dikabarkan memburuk dalam beberapa tahun terakhir, khususnya atas dukungan Ankara untuk Qatar setelah empat negara Arab, termasuk UEA, menjatuhkan sanksi pada Doha pada 2017 atas kebijakan luar negerinya yang independen.
UEA muncul sebagai benteng melawan bentuk-bentuk politik Islam, seperti yang terlihat pada Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. UEA juga mengutuk hubungan partai itu dengan gerakan Ikhwanul Muslimin, yang ditentang Abu Dhabi.
Pada Januari, Turki, bersama dengan pihak-pihak lain dalam konflik, menghadiri konferensi tingkat tinggi di Berlin dan berjanji untuk menegakkan embargo senjata PBB terhadap Libya dan mengakhiri dukungan militer untuk faksi-faksi yang bertikai di negara itu.
Bulan lalu, UEA meminta semua pihak untuk berkomitmen pada proses politik yang diawasi PBB untuk mengakhiri perang di Libya. Namun, PBB melaporkan bahwa Abu Dhabi memasok pesawat dan kendaraan militer ke Haftar.
Pada hari Selasa, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar faksi-faksi yang bertikai di Libya meletakkan senjata mereka dan mendesak semua pihak melakukan gencatan senjata dan negosiasi untuk menindaklanjuti komitmen ini”.
Cavusoglu, dalam komentarnya, juga menuduh UEA mendukung pejuang al-Shabab di Somalia. UEA melatih ratusan tentara Somalia mulai 2014 sebagai bagian dari upaya misi militer Uni Afrika untuk mengalahkan pemberontakan bersenjata di negara itu, sampai Somalia membubarkan program itu 2018.
Abu Dhabi juga merupakan kekuatan utama dalam aliansi yang melakukan intervensi di Yaman lima tahun lalu terhadap pemberontak Houthi yang berpihak ke Iran. UEA mulai mengurangi kehadirannya di Yaman tahun lalu tetapi tetap menjadi anggota koalisi itu. (CK)